Kukira Tio kali ini sukses ngerjain aku. Di acara koordinasi tadi, dibentuklah Pengurusnya. Curangnya, aku tak dilibatkan dalam pembentukan pengurus itu. Penyebabnya karena aku terlambat bergabung.Â
Aku ketiban sampur menjadi sekretaris kelompok. Tugasnya pasti berurusan dengan segala macam kegiatan yang harus dilaporkan setelah berakhirnya KKN-PPL.Â
"Apa itu nggak bisa diubah?", tanyaku.Â
Mereka sepakat tak mau mengubahnya.Â
"Kalau kamu pingin ngubah. Gantian saja. Kamu jadi Ketua, aku jadi sekretarisnya...", ucap Tio.Â
Ah... sami mawon. Sama saja. Malah lebih berat. Ngoordinasi semua anggota yang belum kuhafal karakternya.Â
"Udah, Ira sayang. Tak apa. Nanti bisa kubantu deh...", ucap Wahyudi. Rasanya pingin kulempari sepatu saja dia. Sementara temen lain berdehem.Â
**
Hari-hari KKN-PPL kurasa seperti di neraka. Untuk sembilan anggota lain---Sari, Ita, Hida, Opik, Ali, Fira, Althaf, Faiz dan Tari---sih insyaAllah tak ada masalah. Tapi dengan Tio dan Wahyudi bikin tak nyaman.Â
Pekerjaanku ada saja yang dinilai salah sama Tio. Perfectnya minta ampun. Kesalahan sedikit dalam pengetikan yang kukerjakan pasti langsung diprotesnya. Dia sendiri sekadar mengkritik, tak mau membantu mengedit.Â
"Fungsi sekretaris ya gitu...", ucapnya singkat.Â