Sambil menunggu waktu belajar di Jakarta, Kartini membuka sekolah gratis di Jepara. Sekolah ini untuk perempuan dan pelajarannya meliputi menjahit, bahasa Jawa, memasak dan menyulam.
Kemudian pada 8 November 1903 Kartini menikah dengan bupati Rembang, Joyoadiningrat. Joyoadiningrat adalah duda dengan beberapa anak. Kartini sangat menyayangi anak- anak tiri dan anak didiknya. Mereka diasuh seperti anak sendiri dengan penuh kasih sayang. Sampai akhirnya Kartini melahirkan putranya dan pada tanggal 17 September 1904 Kartini wafat.
Kartini Masa Kini
Perempuan Indonesia saat ini menikmati kesamaan hak dalam berbagai bidang. Tentunya ketika menikmati kesamaan tersebut maka tetaplah tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan.
Kodrat perempuan adalah menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, menjadi istri yang baik bagi suaminya. Selain itu bisa juga turut berkontribusi bagi kemaslahatan umat atau negara.
Kartini sendiri telah memberikan contoh tentang kasih sayang kepada anak tirinya. Pengabdian untuk keluarga yang diimbangi pengabdian untuk para perempuan lewat sekolah perempuan yang didirikannya. Itupun atas persetujuan sang suami.
Bagaimanapun restu suami memang wajib dikantongi para perempuan yang bekerja di luar rumah. Dan pastinya si perempuan harus bisa menjaga nama baik diri dan keluarga. Jangan sampai karir malah menghancurkan rumah tangga.
Seorang perempuan yang telah menikah memang menjadi milik suami. Itu yang harus disadari perempuan. Tetapi bukan berarti perempuan bisa diperlakukan semena-mena. Perempuan tetap memiliki hak atas dirinya untuk hidup tenang, bahagia dan kesetiaan suami.Â
Selamat Hari Kartini!