Bulan-bulan ini para siswa kelas VI dan IX akan mengikuti USDA dan UN/ UNBK. Berbagai persiapan dari pihak dinas, sekolah, siswa dan guru untuk menyukseskan jalannya ujian akhir tingkat tersebut.Â
Ada kegalauan dan kekhawatiran ketika siswa akan menghadapi ujian. Guru, orangtua dan anak sangat harap-harap cemas menantikan hari H pelaksanaan ujian dan hari H pengumuman kelulusan.Â
Pengayaan, les, sarapan pagi atau apapun dilakukan oleh pihak sekolah dan dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan orangtua atau wali siswa. Soal-soal sesuai kisi-kisi yang disosialisasikan dibahas di kelas. Diskusi demi diskusi terjadi antara guru dan siswa, guru dengan guru, guru dengan orangtua.Â
Mendekati hari H pelaksanaan ujian sekolah juga menyelenggarakan doa bersama dengan mengundang orangtua. Tujuannya agar orangtua memberikan maaf, doa restu sehingga lancarlah jalannya ujian tadi sehingga nilai yang diperoleh pun bisa maksimal. Dengan capaian nilai itu siswa bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang diimpikan.Â
Langkah tersebut kadang dirasa kurang cukup. Siswa meminta kepada orangtua untuk mendaftarkan ke bimbel. Atau bahkan malah orangtua yang ingin anaknya masuk bimbel.Â
Mengapa orangtua memasukkan anaknya ke Bimbel?Â
Ada banyak alasan mengapa orangtua memasukkan atau mendaftarkan anaknya ke bimbel.Â
Waktu. Banyak orangtua yang bekerja di berbagai instansi dengan jam kerja sampai sore atau malah malam hari. Sampai di rumah sudah lelah. Untuk mendampingi anak juga waktu sangat mepet. Padahal sebenarnya bisa saja mereka membimbing belajar si anak. Lebih banyak digunakan untuk bersantai bersama.Â
Selain waktu, materi pelajaran anak yang sulit dan belum tentu dipahami orangtua. Orangtua di tingkat dasar saja sudah sering mengeluh kalau pelajaran yang didapat buah hatinya sangat jauh berbeda dengan pelajaran yang didapatnya dulu.Â
Mereka merasa tak mampu dan takut salah bila membimbing sang anak. Oleh karenanya mereka tak ambil pusing dan lebih memilih untuk mendaftarkan anak untuk bimbel. Mengeluarkan uang untuk bimbel lebih baik daripada anak tak belajar. Antar jemput anak ke bimbel juga tak menjadi masalah.Â
Kemauan anak. Anak merasa kurang paham akan materi ujian atau sudah paham namun memiliki tujuan atau cita-cita untuk bersekolah di sekolah favorit dan berkualitas. Oleh karenanya mereka merasa perlu ikut bimbel lagi demi meraih cita-citanya yang tak sekadar lulus sementara nilai pas-pasan.Â
Bagaimana menyikapi ikut sertanya anak dalam bimbel?Â
Melihat beberapa alasan keikutsertaan anak dalam bimbel tentu dalam menyikapi juga harus bijak. Kita tak bisa menghakimi mereka.Â
Kita paham bahwa tak semua orangtua mampu mendampingi anak dalam belajar. Ada kecenderungan bahwa anak akan lebih mematuhi guru atau tentor. Oleh karenanya anak akan enggan dibimbing orangtuanya. Meskipun orangtuanya berprofesi sebagai guru.Â
Kalaupun memiliki ilmu tapi terkadang waktu untuk membersamai anak juga terbatas. Waktu kerja sangat menyita dan habis di kantor atau tempat kerja. Orangtua berpikir lebih baik jika waktu di rumah untuk bersantai bersama di rumah.Â
Apalagi kalau anak memang berkeinginan untuk ikut bimbel karena memiliki keinginan besar bisa masuk sekolah favorit. Maka tak ada salahnya jika anak ikut bimbel.Â
Hanya saja ada hal yang harus dipersiapkan oleh orangtua sebelum mengikutsertakan anak ke bimbel. Biaya. Kita tahu sendiri biaya untuk masuk bimbel juga cukup mahal.Â
Bagi orang yang berada mungkin biaya tak terlalu dipikirkan. Akan tetapi bagi keluarga yang ekonominya terbatas maka harus menyisihkan uang begitu anak mendekati kelas VI, IX atau XII. Agar ketika masuk kelas tersebut anak ingin bimbel maka orangtua tak perlu pusing memikirkannya.Â
Bimbel atau tidak itu perkara pilihan, tak harus diikuti. Tetapi jika dirasa perlu demi lancarnya dan capaian hasil UN lebih baik maka bimbel bisa menjadi alternatif yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H