Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyimpangan Sosial Tak Hanya Kesalahan Satu Pihak

10 April 2019   15:36 Diperbarui: 11 April 2019   16:54 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya kurang terima juga apabila semua yang dilakukan siswa dikatakan sebagai kesalahan guru. Guru berusaha mendidik anak-anak yang bersekolah layaknya anak sendiri. Guru sadar bahwa mereka adalah anak didik di sekolah. Guru diamanahi oleh orangtua untuk mendidik mereka agar kelak mereka bisa menjadi orang yang berhasil. Mereka adalah calon pemimpin bangsa yang potensinya luar biasa. 

Jika guru kemudian kadang marah kepada para siswa bukan berarti membencinya. Guru sangat mencintai mereka dan ingin membantu mereka dan negara untuk menyiapkan generasi bangsa yang kokoh, kuat, berkarakter. Ya.. Guru layaknya memperlakukan siswa seperti orangtua di rumah. Kadang marah ketika anak melakukan kesalahan, tapi selalu sayang dan ingin hal yang terbaik bagi anak. 

Guru tak berani berlaku kasar yang bisa menyakiti fisik dan mental siswa. Kenapa? Mereka berpikir ribuan kali untuk melakukan kekerasan kepada siswa karena khawatir jika berlaku seperti itu maka bisa dilaporkan ke polisi dan masuk bui. 

Ada yang mengatakan guru saat ini menjadi obyek pelengkap penderita di dunia pendidikan. Mungkin ada benarnya. Guru selalu mengalami dilema dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Guru menghukum siswa, dan siswa laporan kepada orangtua. Kemudian orang tua tak terima. Laporlah orang tua ke polisi. Atau datanglah orangtua ke sekolah atau rumah guru. Lalu marah-marah bahkan dianiaya. 

Kalau menghadapi seperti ini, bagaimana guru bisa bekerja dan membantu orangtua untuk memperteguh karakter baik anak? Karakter anak sudah muncul dan terbentuk di keluarga. Karena keluargalah madrasah pertama bagi anak. 

Karakter anak yang didapatkan di rumah akan lebih diarahkan oleh guru karena guru bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik. Guru memberikan arahan dan membenahi tingkah laku, perkataan dan karakter lainnya. Jika guru yang membantu orangtua dalam mendidik saja dilaporkan polisi dan masuk bui karenanya lalu bagaimana guru harus bersikap jika ada siswa yang badung tak karuan? 

Guru mencubit tak boleh, apalagi sampai melukai siswa. Bisa dihadapkan dengan polisi. Tak seperti dulu. Penghapus kayu, kapur, penggaris kayu melayang ke arah siswa pun orangtua tak ikut campur. 

Perilaku anak remaja tak hanya jadi tanggung jawab guru. Orangtua yang paling utama mendidik anak. Apalagi anak lebih banyak waktu di luar sekolah. Artinya lebih banyak waktu di rumah. 

Jika kita mencari-cari kesalahan guru memang sangat gampang. Tapi lihatlah bagaimana tayangan televisi, gadget dan lingkungan serta pergaulan anak. 

Stasiun televisi jarang yang menayangkan acara atau tontonan berkualitas. Sinetron yang menyajikan kekerasan, perselingkuhan, balas dendam, tidak hormat pada orangtua dan guru mewarnai layar kaca. Acara entertainment juga mengetengahkan gaya hidup artis yang glamour, gonta-ganti pacar atau pasangan dan sebagainya. Padahal jam tayang juga sering tak pas. Mirisnya itu menjadi contoh buruk bagi anak atau remaja. Jiwa labil mereka belum pantas menyaksikan tayangan tadi. 

Gadget pun menjadikan anak atau remaja lebih asyik dan mementingkan diri sendiri. Tak mau diganggu. Tak mau bersosial. Ada yang menyakiti terus balas dendam. Hal ini didukung dengan pergaulan yang tidak sehat bagi anak. Orangtua sibuk, anak bergaul dengan siapa juga tak dipedulikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun