Akhirnya selepas lulus kuliah, kuberanikan diri mengunjungi Bu Arini. Untuk mengobati rasa kangen. Meski masih ada duka terpancar dari wajahnya namun senyumnya kulihat manis seperti dulu. Empat tahun tak bertemu dengannya membuatku agak grogi juga.Â
Rasanya ingin kunyatakan perasaanku tapi aku masih belum percaya diri. Apalagi dia masih memikirkan calon suaminya yang telah berada di pangkuan Illahi. Pastilah membuatnya begitu hancur. Siapa yang tak berduka ditinggalkan oleh calon suaminya?Â
***
Setelah satu tahun lebih berkomunikasi dengan Bu Arini, akhirnya aku berhasil meluluhkan hatinya.. Aku tahu dia ragu untuk menerimaku sebagai suaminya karena perbedaan usia kami dan status kami sebelumnya. Namun aku meyakinkannya bahwa pernikahan tak memandang usia. Jodoh sudah diatur olehNya. Aku mulai biasakan memanggilnya dengan sapaan dik.
Saat ini aku merasa berdebar tak karuan menjabat tangan ayah Arini untuk prosesi ijab kabul. Isakan Arini karena haru semakin membuat ijab kabul semakin khidmat. Kuharap rumah tangga kami bisa abadi dan jodoh dunia-akhirat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H