Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kodrat Perempuan Itu Multitasking

29 Januari 2019   17:57 Diperbarui: 29 Januari 2019   17:59 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini saya membaca sebuah tulisan tentang karir yang wajarnya tidak boleh multitasking. Saya sih setuju. Bekerja itu harus profesional. Profesional bisa didapatkan dengan fokus pada satu bidang yang sudah menjadi pilihan. Itu untuk dunia kerja. Akan tetapi di dunia rumah tangga multitasking jelas ada dan menjadi kelaziman. Ini dialami hampir semua perempuan yang sudah berkeluarga dan memiliki buah hati. 

Perempuan yang sudah berumah tangga dan memiliki buah hati pasti disibukkan dengan berbagai aktivitas, dari pagi sampai malam. Dari kesemuanya kadang kurang dipahami oleh pasangannya maupun lingkungannya. Apabila pasangan dan lingkungan kurang paham akan kesibukan seorang ibu, maka bisa menyebabkan terforsirnya tenaga dan pikiran si ibu. Tentunya hal tersebut bisa merugikan si buah hati.

Oleh karenanya, yuk kita lihat lagi aktivitas seorang ibu yang multitasking. Dalam satu waktu, seorang ibu memiliki pekerjaan yg harus diselesaikan waktu itu juga. Bisa dibayangkan betapa stressnya si ibu. Mulai dari menyusui bayi, memandikan bayi, memasak, mencuci dan menjemur serta melipat dan menyetrika baju, antar jemput anak, menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya. 

Belum lagi kalau si ibu jadi wanita karir, pastinya kerepotan makin bertambah. Di otak ibu sudah terjadwal dengan rapi segala aktivitas tadi. Bila tak berjalan sebagaimana mestinya, pasangannya harus maklum. Nah, kalau si suami boleh membantu isterinya untuk menyelesaikan tugas di rumah. Biar rumah tidak ramai dengan celotehan isteri dan rumah bisa lebih rapi.

Sejak dari awal niat menikah kan untuk saling berbagi dan saling mengisi serta beribadah. Yuk kita ciptakan keluarga samawa bersama pasangan masing-masing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun