Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Candi-candi Saksi Kisah LDR di Masa Lalu

27 Januari 2019   05:32 Diperbarui: 27 Januari 2019   07:37 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict: arkeologijawa.com

Kita tidak asing lagi dengan istilah LDR bagi pasangan yang menjalani kisah kasih dan terpisah jarak serta waktu. Perasaan haru biru mewarnai hati. Tak jarang syak wasangka berkelebat di hati, setiakah kekasih atau pasangan hidupnya. Pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh memang harus kuat hati, positive thinking, menjaga mata dan hati. 

Tatkala rindu mendera bisa saling telepon atau video call. Sekadar melepas kerinduan. Namun sebelum zaman modern seperti sekarang, untuk mengobati rasa rindu tidak bisa telepon atau video call. Hanya orang berada yang memiliki telepon di rumah. Telepon sangat wah untuk saat itu. Untuk melepas rasa rindu sering diabadikan lewat kegiatan surat menyurat. 

Zaman sekarang mungkin tak ada yang tahu sensasi saling berkirim surat lewat kantor pos. Seru dan bikin deg deg ser menanti pak pos yang setia mengantar surat dari yang terkasih. 

Berhubungan dengan hubungan jarak jauh, rindu dan cara melepas kerinduan ternyata bisa kita lihat romannya di relief-relief candi. 

a.  Relief Candi Panataran

Relief pada Candi Panataran. Pict: historia.id
Relief pada Candi Panataran. Pict: historia.id
Seorang gadis berambut panjang tergerai berbaring di dipan ditemani inang. Perempuan muda itu terlihat sedang sakit. Sakitnya bukan sembarang sakit. Perempuan itu rindu akibat terlalu lama berpisah dengan kekasihnya.

Dalam bahasa Jawa Baru, sakit karena rindu sebagai wujud dari psikosomatis lantaran cinta yang terhalang demikian dinamai loro wuyung atau loro bronto.

Kisah berlanjut memperlihatkan seorang lelaki mengenakan topi tekes, yang sering dikenali sebagai Panji. Laki-laki itu tengah duduk di bawah pohon memegang gulungan surat. Surat itu kemudian dibawa oleh burung kakaktua. Burung itu kemudian terbang jauh melewati perairan yang luas. Paruhnya menggigit surat milik Panji hingga akhirnya berhasil tiba di hadapan perempuan yang tengah sakit rindu itu.

Melihat si burung, perempuan itu gembira karena menerima surat dari sang kekasih yang berada jauh darinya dengan penuh suka cita.

Akhirnya mereka akhirnya dipertemukan lagi dan saling menumpahkan kerinduan. Dalam puncak asmara, keduanya saling bermesraan.

Kisah kedua yang terpahat di dinding candi induk Panataran adalah kisah Ramayana. Akan tetapi perantaranya berupa cincin bukan burung. Dalam relief Ramayana terlihat kera putih Hanoman diutus Rama untuk menemui kekasihnya, Dewi Sinta. 

Dengan perjuangan yang berat akhirnya Hanoman masuk ke tempat penyekapan Dewi Sinta di Alengka yang dijaga tentara raksasa. Sebagai bukti utusan Rama, Hanoman menyerahkan cincin milik Sinta yang dibuang di hutan ketika diculik Rahwana. Cincin itu ditemukan oleh Rama.

Hanoman membujuk Sinta agar meninggalkan Alengka namun ditolaknya. Dia berharap kekasihnya sendiri yang menjemputnya. Dia pun meminta sang kera putih kembali untuk menyampaikan keinginannya itu. 

Sayangnya ending kisah Rama dan Sinta berbeda dengan kisah-kisah lainnya. Kisah Rama dan Sinta tak berakhir bahagia. Sinta memilih ditelan bumi demi membuktikan kesuciannya pada Rama.

b. Relief Candi Jabung, Probolinggo

Pict: arkeologijawa.com
Pict: arkeologijawa.com
Dikisahkan terdapat seorang perempuan, bisa jadi Sri Tanjung, tangan kirinya membawa sesuatu. Kemungkinan dia memegang imbalan untuk seekor burung merpati yang ditugaskan mengantar surat. Surat itu baru diterimanya dari sang suami, Patih Sidapaksa, yang jauh darinya.

Perantara sampainya surat tersebut adalah burung merpati dengan paruhnya yang lurus dan lancip.

c. Relief Candi Jago, Malang

Kisah roman percintaan lainnya dikisahkan dalam relief Angling Dharma Angling. Angling Dharma bertemu kembali dengan penjelmaan istrinya dalam wujud Ambarawati, yang kemudian menjadi istri keduanya. Mereka bertemu ketika Angling Dharma dihukum buang ke hutan.

Setelah melalui berbagai cobaan dalam pembuangannya, keduanya pun bersatu. Adegan asmara kedua tokoh ini digambarkan lewat tokoh Angling Dharma yang seakan merengkuh mesra kekasihnya, Ambarawati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun