Teguran sering Deka berikan pada Kiki, tetap saja melakukan itu diam-diam. Teguran keras diberikan padanya ketika menyinggung fisik Haida yang mungil.
"Kamu nggak bisa tinggi. Kurang gizi atau kenapa, Hid?", Tanya Kiki dengan iseng.
"Ya nggak tahu. Bapakku bilang itu sudah takdir...", Terang Haida.
**
Ah saat ini murid-muridnya sudah remaja. Setiap bertemu mereka, terlihat lebih rapi, cantik, ganteng. Senyum tak lepas dari mereka. Meski terkesan agak canggung juga ketika mereka melakukannya. Mungkin mereka ingat ketika diajar oleh Deka.
Yang jelas dari semua siswa yang menyapanya tiap pagi ada yang bikin pangling, Candra. Dia tampak bersih, ganteng dengan motornya ketika berangkat sekolah. Kelihatan manglingi. Deka hampir saja tak mengenalinya. Ya mungkin waktu yang membuatnya lebih dewasa, tahu bagaimana harus bersikap, berpakaian dan berpenampilan rapi.
***
Deka melipat kembali surat dari siswanya itu. Dikumpulkan jadi satu dengan puisi, dan kenang-kenangan yang diberikan oleh muridnya. Ada figura, gelas, tasbih, buku, gantungan kunci dan bros buatan mereka. Disimpannya di rak buku sebagai kenangan dan penyemangat ketika lelah melanda.
---
Pict: YouTube.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H