Sekarang Angsa putih menjadi semakin bahagia. Hatinya terasa riang. Nasehat dari ikan dan tausiyah dari ustadz yang didengarnya ketika bermain di sebelah masjid kampung benar-benar mengena di hatinya. Dia bertekad untuk berbuat baik kepada siapapun, meski banyak yang takut padanya.
"Tampaknya kamu senang sekali, angsa. Ada apa gerangan denganmu?", Tanya kelinci saat berpapasan di jalan.
"Nggak ada apa-apa kok, Ci...", Sahutnya sambil tersenyum.
"Tapi biasanya kamu sedih dan menggerutu tak karuan sepanjang jalan..." Angsa tersipu malu. Ternyata kelinci lucu milik Pak Tohir memperhatikan kelakuannya selama ini.
"Aku mau jadi angsa yang baik, Ci. Jadi aku nggak boleh sedih lagi..."
Seperti biasa, setelah jalan-jalan angsa menuju kolam ikan di rumah gadis kecil imut-imut. Sampai di sana angsa melihat gadis kecil cantik itu menangis.
"Ada apa dengan gadis kecil itu hai, ikan? Mengapa menangis?", Tanyanya pada ikan.
"Kucingnya hilang, angsa. Padahal semalam kucing itu masih ada di depan rumah itu".
"Kira-kira ke mana perginya kucing itu?"
"Belum tahu. Mungkin saja jalan-jalan sebentar tadi pagi...", Terang ikan.