Konteksnya, sebagaimana dijelaskan Kiai Hadjid, terjadi pada bulan Maulud tahun 1335 Hijriyah. Waktu itu di hadapan para penghulu, ketib (khatib), ulama, kiai, dan tokoh agama di serambi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Kiai Dahlan menerangkan kitab Hidayatul Bidayah karangan Imam Ghozali, tentang kerusakan umat Islam dan sifat-sifat ulama suu' (ulama yang busuk).
Kiai Dahlan mengajak para pemuka agama yang hadir untuk melakukan instrospeksi diri. Tidak saling menuduh dan menunjuk tokoh agama selain dirinya sebagai ulama suu' dan menganggap dirinya sendiri sebagai orang suci.
Kiai Dahlan melanjutkan uraiannya dengan mengutip pernyataan Imam Ghozali, bahwa kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para raja atau pemimpin, dan kerusakan pemimpin adalah karena kerusakan ulama.
Kerusakan ulama ini terjadi ketika ulama sudah menjilat dan tidak lagi berani memberi nasehat kepada pemimpin yang telah melenceng. Lalu Kiai Dahlan mengajak para ulama dan pemuka agama yang hadir untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah.Â
Sekali lagi, kiai Dahlan berbicara di hadapan pemuka agama supaya mereka sebagai pemimpin agama bisa memperbaiki diri dan masyarakatnya, termasuk di dalamnya memberi nasehat secara santun dan bijak kepada para pemimpin bangsa.
Dalam buku tersebut  Kiai Hadjid menyatakan, "Kiai Dahlan mengajak untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum mengajak orang lain, atau sambil mengajak orang lain dan sambil memperbaiki masyarakat, mulai dari mendidik perseorangan serta membersihkan dirinya sendiri. Itulah cara yang dikerjakan oleh beberapa atau para rasul (yang ditiru oleh Kiai Dahlan)."
Jadi ada baiknya kita tak men-share yang belum tentu benar. Agar tidak menyebabkan polemik di kalangan masyarakat atas musibah yang terjadi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI