"Punyaku, dik..."
"Smartphone-nya kok nggak dibawa...?"
"Sudah pindah tangan, dik. Dik Sinta malu ya aku temani terus bawa HP kuno kayak gini...?"
Aku menggeleng. Aku berbohong. Jelas aku malu. Zaman modern gini, HP jadul kayak gitu.
"Uang hasil penjualan smartphone buat naik bus ini...", Ceritanya singkat.
Aku terpaku. Demi kebahagiaanku, demi kesehatanku Fahri menghabiskan seluruh tabungannya. Ku lihat wajahnya yang selalu berpaling ketika bicara denganku. Di tangannya ada buku. Untuk menghilangkan rasa jenuhnya pasti. Sementara aku pegang HP pemberiannya ketika usia pernikahan kami tepat satu tahun.
Ku perhatikan dia konsentrasi penuh dengan bukunya. Sekilas ku lihat foto usang yang digunakannya untuk pembatas bukunya.
"Foto siapa tu, mas?"tanyaku agak kepo juga.
"Foto gadis kecilku,dik. Dia anak dari teman bapak. Dia lucu dan menggemaskan. Sayangnya aku tak pernah berjumpa dengannya. Kabar pun tak ku dengar..."
"Boleh aku lihat foto itu?"
"Tak usah, dik.. Foto ini nggak penting buat dik Sinta..."