Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengalaman Menghadapi ABK dalam Program Asesmen di Kelas

15 Desember 2018   11:06 Diperbarui: 15 Desember 2018   12:06 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ruang kelas | Foto: BBC.co.uk

Pertama kali memberikan pendidikan asesmen, rasanya luar biasa capek. Hal ini karena guru sebagai teman belajar harus menyiapkan dua materi dalam satu mata pelajaran. Satu materi untuk siswa reguler, satu lagi untuk siswa difabel, Pur.

Materi pelajaran untuk siswa difabel selalu disesuaikan dengan kemampuannya. Ini berlaku untuk tiga mata pelajaran yang di-UN-kan. Sebenarnya akan lebih baik apabila seluruh mata pelajaran materinya dibedakan. 

Bisa dibayangkan betapa repotnya menyiapkan materi dan tentunya semua perangkat pembelajaran yang menunjang kegiatan pembelajaran. Terkadang saking repotnya menyiapkan berbagai perangkat, aku lupa memberikan materi pelajaran untuk siswa difabel.

Saat itu aku masih awam tentang bagaimana membuat perencanaan pembelajaran serta materinya. Akibatnya mau tak mau secara dadakan ku berikan materi pelajaran yang sama dengan materi sebelumnya untuk Pur.

Sudah memberikan materi yang sama pun, aku harus siap dan sabar apabila ternyata si Pur tadi lupa cara mengerjakan atau lupa penjelasannya. Lelah, geli, gemas sering ku alami ketika menghadapi kenyataan tersebut.

Pikiran pun bercabang karena memikirkan bagaimana untuk menyampaikan materi untuk siswa reguler yang selalu dikejar target selesai sesuai kurikulum serta mengasesmen siswa berkebutuhan khusus (ABK) atau difabel.

Dalam awal proses pembelajaran dengan program asesmen, komunikasi dengan para siswa reguler saya kemukakan terlebih dahulu. Saya jelaskan dan minta pengertian dari para siswa ketika melihat materi pelajaran siswa yang berkebutuhan khusus atau difabel lebih mudah dibandingkan mereka. Jangan sampai iri, intinya begitu. Alhamdulillah mereka memaklumi Pur. Mereka sudah mengetahui bahwa Pur berbeda dengan mereka. Apalagi mereka juga melihat bahwa di Kelas VI pun ada siswa yang diasesmen.

Siswa kelas VI yang diasesmen sebut saja dengan nama Budi. Ketika para siswa kelas VI mengikuti UN, Budi tidak termasuk peserta UN. Budi dibuatkan soal sesuai kemampuannya.

Letak perbedaan antara siswa kelas VI yang ikut UN dan yang asesmen, adalah kalau siswa peserta UN setelah lulus mendapat Ijazah dan Surat Tamat Belajar.

Sedangkan siswa asesmen hanya mendapat Surat Tanda Telah Menempuh Pelajaran SD tetapi siswa yang bersangkutan tetap bisa melanjutkan sekolah di SMP yang memiliki program asesmen.

Kembali ke pengalaman belajar mengajar di kelasku. Ketika pelajaran, si Pur yang merupakan penyandang tuna grahita, lupa materi yang ku sampaikan, aku selalu membandingkan dengan siswa reguler yang juga lupa akan penjelasan, bahkan malah ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun