Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Substansi Pagar

11 Desember 2018   11:42 Diperbarui: 11 Desember 2018   11:49 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagar adalah sebuah batasan yang berfungsi untuk memberikan efek aman bagi rumah dan penghuni beserta isinya. Dahulu kala pagar rumah biasa berupa tanaman yang ditata rapi, bahkan ada yang dibentuk. Tanaman yang digunakan untuk pagar hidup ini bisa bunga-bungaan, seperti teh-tehan, melati, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya pagar dibuat dengan potongan bambu yang dibelah dan dirangkai memanjang. Ada juga yang dibuat dari potongan kayu baik dalam bentuk sederhana sampai yang artistik.

Seiring perkembangan zaman, pagar dibuat secara permanen dari batu bata dan adukan semen- pasir atau bertembok. Terkadang diselingi dengan pagar dari besi yang bermacam- macam . Desainnya tergantung dengan budget si empunya rumah. 

Ketinggian pagar rumah juga tergantung desain yang telah dipilih atau dibuat sebelumnya. Ada yang sedang, ada pula yang sengaja dibuat tinggi sampai rumah tak terlihat dari luar. Saking tingginya tembok atau pagar kadang ada orang yang menyebutnya Benteng Takeshi.

Substansi dari kesemua jenis pagar adalah memberikan efek nyaman dan aman untuk rumah dan seluruh penghuni serta isi di dalamnya. Malah sekarang untuk lebih mengamankan rumah orang-orang kota yang rumahnya dipagari sekaligus dipasangi kamera CCTV, pos jaga dan anjing galak.

Kalau di kampung atau desa lain lagi. Ikatan sosial orang-orang desa lebih kuat sehingga pagar dibuat sederhana, tak begitu tinggi yang penting kendaraan tidak nyelonong ke halaman
rumah. Malah ada pula yang tak membuat pagar sama sekali. 

Mereka memanfaatkan tetangga yang sudah seperti keluarga untuk menjaga rumah dan penghuninya jika ditinggal. Istilahnya pagar piring.

Pagar piring ini sifatnya lebih psikologis-sosiologis karena pagar ini tergantung dengan perlakuan kita kepada orang lain. Bila kita memperlakukan tetangga dengan baik maka sewaktu-waktu kita bepergian maka rumah dan seisinya akan aman. Pagar piring sebenarnya bisa juga diterapkan di perkotaan. 

Mengingat kenyamanan, keamanan karena efek pagar ini sudah selayaknya kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Berlaku baik maka kita sendiri yang akan memperoleh manfaatnya.
Hablum minAllah dijaga dengan beribadah yang khusyuk dan sesuai tuntunan. Serta Hablumminannas dengan sesama dipupuk dengan baik tanpa pandang bulu dan status sosial.

---

membahasakan kembali tulisan dari praktisi pendidikan, Prof Ajat Sudrajat, dari UNY

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun