Dalam rangka menyiapkan generasi emas pada tahun 2045 maka pendidikan di Indonesia mengacu pada pembentukan karakter siswa. Lima hal yang ditekankan dalam dunia pendidikan di masa sekarang meliputi jiwa religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas.
Orangtua siswa atau walinya tak perlu khawatir dengan pendidikan putra-putrinya di sekolah.
Apabila putra-putrinya tak unggul dalam bidang akademik, paling tidak  mereka diarahkan untuk mengembangkan prestasi non akademik, sesuai bakat dan kemampuan masing-masing. Hal ini karena karakter siswa berbeda-beda. Pendidikan menyesuiakan pada kemampuan siswa.
Meskipun tak menuntut para siswa menguasai semua bidang akademik, akan tetapi sekolah mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan kecakapan abad 21 di mana siswa memiliki kecakapan yang meliputi kualitas karakter, literasi dasar dan kompetensi.
Kualitas karakter disesuaikan dengan bakat dan kemampuan seperti yang sudah saya kemukakan di depan. Literasi dikenal kan sesuai pengelompokan kelasnya. Literasi tak harus membaca buku secara kontekstual . Literasi ini bisa berupa literasi bahasa, numerasi, sains, digital , finansial , budaya dan kewargaan.
Kompetensi siswa diarahkan untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan. Siswa tidak melulu belajar di kelas. Kompetensi yang ditumbuhkem bangkan tak jauh berbeda dengan kurikulum terdahulu yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dalam kelas pun penyampaian kompetensi harus terpadu dalam PPK ( Penguatan Pembelajaran Karakter).
Lalu apa yang dimaksud dalam PPK yang terpadu dalam pembelajaran? PPK meliputi jiwa religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Kelima hal tersebut benar-benar bercirikan Indonesia seperti yang didengungkan oleh Ki Hajar Dewantara di mana pendidikan mengacu pada kepribadian bangsa.
Jiwa nasionalis yang ditumbuhkan misalnya cinta tanah air, semangat kebangsaan, menghargai kebhinekaan, rela berkorban dan taat hukum (tata tertib sekolah). Jiwa mandiri juga tak luput dari pengembangan dan pertumbuhan di sekolah, meliputi kerja keras,kreatif, disiplin, tahan banting, pembelajar sepanjang hayat.
Jiwa gotong royong misalnya, kerjasama, solidaritas, kekeluargaan, aktif dalam gerakan komunitas, berorientasi pada kemaslahatan bersama. Integritas meliputi kejujuran, keteladanan, tanggung jawab, anti korupsi, komitmen moral dan cinta pada kebenaran.
Kelima hal tersebut sebenarnya pada kurikulum terdahulu sudah masuk dalam pembelajaran akan tetapi pada kurikulum sekarang lebih diperda am lagi. Dengan harapan terciptanya generasi emas yang bisa memajukan negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H