Hatiku belajar untuk ikhlas dengan semua yang terjadi. Kalau aku berpikir Allah tak adil, rasanya aku bukanlah seorang perempuan yang mengimaninya. Bukankah Allah tak akan memberikan cobaan yang melampaui kemampuan hambaNya? Setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan. Setelah rasa sakit pasti ada bahagia.
Ku sibukkan diri dengan berbagai kegiatan. Melukis di taman yang beberapa bulan ku tinggalkan, mulai ku lakukan lagi. Sebuah lukisan dengan obyek Bukit Bintang yang belum terselesaikan ku sempurnakan.
Kurasakan ketenangan ketika ku goreskan warna demi warna pada kanvas. Ku nikmati sentuhan warna. Seperti sentuhan hidup yang penuh warna. Keindahan lukisan ada karena ada hitam, putih, merah, hijau, biru dan warna lainnya. Begitu juga hidup. Hidup lebih berwarna bila pernah merasakan suka duka dan memaknainya.
Sementara, di tempat kerja aku larutkan diri dengan goresan tinta penerus bangsa ini. Ku baca satu persatu tulisan itu. Hanya sesekali saja aku berbincang dengan teman di kantor. Mereka juga punya kesibukan sendiri. Ada yang mau berkompetisi pada milad persyarikatan, menjadi panitia pesta demokrasi dan lainnya.
Terkadang ku tuliskan curahan hati pada secarik kertas yang kini tertumpuk di laci meja kerjaku.
Kepada hatiku
Ku ingin kau tenang
Isi harimu, ceriamu
Lupakan masalahmu
Tenangkan diri
Capailah kekhusyukan
Raihlah kemenangan
Lawan kegundahan dan keresahan
Yakinlah kau bisa lalui
Seperti kau lalui hari-harimu
Selama ini
Nikmati hidup
Sepahit apapun
Semanis apapun
Pengalaman hidup kan buatmu dewasa
Itulah roda hidup
Harus dilalui
Kadang di atas
Kadang di bawah
Tinggal bagaimana kau menyikapinya
Ah... Aku harus bangkit. Move on! Tak boleh mellow terus. Ada banyak hal yang harus ku raih dan ku wujudkan.
Hujan... Lunturkan tinta cinta di hatiku untuknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H