Ah...kenapa pula Nadin menemuiku hanya untuk cerita tentangnya? Aku sudah cukup tenang tak mendengar kisahnya selama beberapa bulan terakhir.
Aku terdiam. Aku ingin menguasai hatiku. Ku biarkan Nadin menata hati dan kekesalannya.
"Budhe Intan mau menjodohkan Indra dengan Ziya...", Ucap Nadin dengan suara agak tinggi.
Jantungku berdetak kencang mendengarnya. Hatiku sakit meski sebenarnya tak boleh ku rasakan.
"Kamu tahu nggak, Ra? Siapa Ziya itu?", Nadin bertanya kepadaku.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Dia masih saudara Indra. Masih saudaraku juga..."
Nadin terdiam. Sepertinya memilih kata yang tepat untuk menceritakan keadaan saudara- saudaranya.
"Ra, Budhe Intan ingin menyelamatkan nama baik keluarga Ziya. Ziya itu saudaraku yang labil. Dia punya kekasih. Tapi mereka kebablasan..."
Aku sudah bisa menerka jalan ceritanya. Lama aku dan Nadin membisu. Aku biarkan Nadin dengan pikirannya. Dia pun membiarkan ku dengan pikiran dan hatiku.
Ku lirik arlojiku.