Mohon tunggu...
yonathan setyawan
yonathan setyawan Mohon Tunggu... -

penulis kebenaran hati nurani insani....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kegelapan

27 Januari 2014   13:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterbatasan di dalam jiwa....

Pikiran yang bergelut, hati yang mulai membeku

Seonggok batu dalam hati

Seolah berjejal ingin bercerita dalam kegelapan ini

Semua menutup mata

Tak mau melihat kegelapan ini...

Kegelapan yang hampir tiba,,,

Menjemput dan membayang setiap kami...

Gelap yang memberikan satu arti

Peristiwa yang membayang setiap kehidupan..

Mengingat keterbatasan diri...

Kekuassaan dan kekayaan tak menjamin kekekalan

Dunia dapat dibeli dengan keberlimpahan

Keadilan Sang Ilahi tak dapat di beli,...

Dunia ini gelap....

Sampai-sampai mata hati mulai remang-remang

Memancarkan sedikit berkasnya

Kemudian padamlah nyalanya

Dan timbulah berkas kegelapan dunia...,

Hanya dapat melihat sebagian saja yang terjadi

Mungkin saja melihat,

Namun membuat kegelapan dengan segala yang seharusnya dapat dilihat...

Membuat kegelapan menutup segala yang kebenaran...

Mungkinkah ada sedikit berkas keterangan dalam Republik ini?

Kegelapan bunga bangsa yang ditutup kegelapan oleh sang penggelap

Menjadikan masa depan Ibu Pertiwi ini samar-samar

Para orang berdasi terantuk dalam kegelapan...

Menjadi penggelap dalam kekayaan negeri ini

Sebagian orang menjadi korban kegelapan

Merasa tak terlihat dan merana di pinggiran

Kegelapan yang diterima seolah lengkap sudah kegelapan ini...

Hanya dapat menetes air mata ketika di kegelapan paling gelap

Sedangkan para penggelap hanya dapat melihat

Mengumbar senyum dan mengucap terima kasih atas penggelapannya

Seolah tak bersalah...

Membuat setiap kegelapan ini tak pernah dibuat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun