Mohon tunggu...
Jonru Ginting
Jonru Ginting Mohon Tunggu... wiraswasta -

Content Writer, Socmed Activist | Penerima penghargaan Super Blog (juara tahunan) di ajang "Internet Sehat Blog Award 2009" | Blog pribadi: www.jonru.com | Twitter: @jonru | Instagram: @jonru | Channel Resmi Telegram: @infojonru

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tahu Sumedang Bisa Meledak?

18 Oktober 2010   03:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:20 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkunjung ke Perusahaan Bahan Peledak? Dduuuarrrr!!! (Bagian III) [caption id="attachment_293272" align="aligncenter" width="448" caption="Tahu Sumedang. Sumber foto: www.denmasrul.com"][/caption] Lho, masa Tahu Sumedang bisa meledak? Bisa kok. Jika Anda penasaran, silahkan baca tulisan ini sampai akhir, ya… :) Sekadar info, tulisan ini adalah bagian III dari liputan saya tentang kunjuangan ke perusahaan peledak bernama PT Dahana. Setelah kunjungan dua hari ke Subang dan Tasikmalaya, saya pun kembali diundang untuk melakukan company visit ke Kalimantan selama 4 hari. Awalnya, saya merasa keder juga. Memang, saya pernah datang ke Pontianak dan Banjarmasin untuk mengisi pelatihan penulisan. Tapi ketika itu, kunjungan saya hanya di seputar kota. Suasananya ramai, sama seperti kota-kota pada umumnya. Tapi kali ini, saya akan diajak ke pedalaman Kalimantan, melewati jalan darat selama belasan jam. Hm… tentu sebuah perjalanan yang penuh tantangan, dan sangat capek tentu saja. Selama ini, saya membayangkan Kalimantan itu seperti sebuah pulau yang penuh hutan lebat, transportasi darat sangat sulit sehingga penduduknya lebih suka naik pesawat udara atau sampan. Tapi ketika melihat kondisi yang sebenarnya, saya justru merasa sangat bodoh :-D Jumat 28 September 2010, sekitar jam 9 pagi waktu setempat, rombongan kami - saya, Juli Jajuali (Humas PT Dahana), dan Chamdan Purwoko (Redaktur Pelaksana Harian Bisnis Indonesia) - tiba di Banjarmasin. Dari bandara, kami tidak singgah ke manapun, tapi langsung melanjutkan perjalanan ke Batulicin, mengendarai sebuah mobil Avanza. Di tengah perjalanan, kami sempat berkunjung sebentar ke gudang bahan peledak milik Dahana yang letaknya masih di kota Banjarmasin. [caption id="attachment_293275" align="aligncenter" width="450" caption="Gudang PT Dahana di Banjarmasin"][/caption] Di Batulicin ini terdapat sebuah site plant milik PT Dahana. Ini adalah pabrik yang khusus dibangun untuk keperluan proyek penambangan batubara di daerah tersebut. Ceritanya nih, pertambangan ini milik PT Arutmin (Bakrie Group). Lalu untuk pengerjaannya, mereka percayakan kepada sebuah kontraktor bernama Cipta Kridatama (CK). Lantas, untuk keperluan peledakan, CK menggandeng PT Dahana sebagai mitra. Perjalanan Banjarmasin-Batulicin memakan waktu sekitar 7 jam. Inilah pengalaman pertama yang membuat saya merasa bodoh tadi. Kenapa? Karena jalan rayanya sangat bagus. Mirip jalan raya Lintas Sumatera, bahkan lebih bagus lagi. Perbedaannya mungkin pada suasana jalanan yang sangat sepi. Hanya satu dua kendaraan yanag lewat. Bahkan angkutan umum pun sangat jarang. Menurut cerita Pak Sopir, di Kalimantan memang jarang terdapat angkutan umum (darat). Kalaupun ada, hanya beroperasi pada jam-jam tertentu. Mobil kami tiba di Batulicin sekitar jam 4 sore. Di sini kami menginap selama semalam. Nama hotelnya Ebony. Sangat bagus. Di dinding lobby, ada testomini dari Presiden SBY, Muhaimin Iskandar, dan beberapa tokoh lainnya. Keren deh! Lantas besok paginya, sekitar jam 7 kami sudah berangkat ke lokasi pertambangan. Nah, inilah tantangan yang sebenarnya! Sebab rute yang kami lewati adalah jalan berbatu-batu, banyak lubangnya, melewati perkampungan demi perkampungan yang sangat sepi, dikelilingi hutan-hutan lebat. [caption id="attachment_293281" align="aligncenter" width="450" caption="Desa yang terletak di dekat lokasi pertambangan"][/caption] [caption id="attachment_293307" align="aligncenter" width="300" caption="Mess PT Dahana di dekat lokasi pertambangan Batulicin"][/caption] Sekitar jam 10 pagi, mobil kami tiba di lokasi pertambangan. Di sini, sinyal handphone sama sekali tidak ada. Suasana sangat sepi. Pemandangan di sekitar hanya hutan lebat, truk, mobil, para pekerja, dan beberapa peralatan pertambangan lainnya. [caption id="attachment_293304" align="aligncenter" width="350" caption="Gudang bahan peledak milik PT Dahana di pertambangan batubara Batulicin."][/caption] [caption id="attachment_293309" align="aligncenter" width="300" caption="Pabrik bahan peledak milik PT Dahana di pertambangan batubara Batulicin."][/caption] Tujuan utama kami ke lokasi pertambangan ini adalah melihat langsung proses peledakan. Awalnya, saya berharap akan melihat sebuah ledakan dengan kobaran api yanga menyala-nyala di atas permukaan tanah. Tapi ternyata saya keliru. Setelah menunggu sekitar 2 jam, saya baru sadar bahwa bahan peledaknya ditaruh di bawah tanah. Lantas ketika meledak, yang terlihat di permukaan tanah hanya kepulan asap tebal. [caption id="attachment_293289" align="aligncenter" width="225" caption="Benda kecil yang diwadahi plastik warna merah ini adalah detonator yang bisa memicu pedakan tersebut."][/caption] Apa tujuan peledakan ini? Tak lain dan tak bukan adalah untuk menggemburkan tanah, sehingga memudahkan para pekerja dalam melakukan penambangan batubara. [caption id="attachment_293297" align="aligncenter" width="450" caption="tanah yang di bawah mereka inilah yang akan diledakkan."][/caption] Sekadar info, proses peledakan di lokasi pertambangan ini dilakukan SETIAP HARI. Sebelum peledakan, area di sekitarnya harus disterilkan dari manusia dan alat-alat lainnya. Manusia harus menjauh paling dekat 500 meter, sedangkan untuk alat adalah 300 meter. [caption id="attachment_293300" align="aligncenter" width="400" caption="Inilah tanah yang sudah gembur karena baru saja diledakkan."][/caption] [caption id="attachment_293303" align="aligncenter" width="300" caption="berpose sambil menunggu proses peledakan"][/caption] Sekitar jam 4 sore, kami bergegas dari Batulicin, dan langsung kembali ke Banjarmasin. Tiba di kota ini sekitar jam 1 dinihari, kami langsung tertidur pulas. Alhamdulillah, esoknya kami ada waktu luang hingga siang hari. Saya memanfatkannya untuk reuni dengan teman-teman dari Forum Psikologi. Mereka inilah yang menjadi panitia dan peserta pelatihan penulisan saya di akhir Juli 2010 lalu. [caption id="attachment_293314" align="aligncenter" width="300" caption="Reuni dengan teman-teman Forum Psikologi di Banjarmasin"][/caption] Sekitar jam 13.30 WITA, pesawat yang kami tumpangi meninggalkan Banjarmasin, menuju Balikpapan. Di Balikpapan, lagi-lagi kami hanya numpang lewat saja. Sebuah mobil sudah menjemput, untuk melanjutkan perjalanan ke Bontang. Dari Balikpapan, rombongan kami bertambah satu orang lagi, yakni Mbak Rina dari PT Dahana. Dia berangkat sendirian dari Jakarta di hari tersebut. Perjalanan Balikpapan-Bontang inilah yang menjadi tantangan kedua yang sangat seru. Jalan rayanya sangat berliku-liku, banyak tikungan tajam, juga lekukan naik turun seperti permukaan wajan. Di sekeliling terhampar hutan lebat atau lembah yang sangat dalam. Hm… can you imagine this? Intinya: Selama perjalanan itu, tubuh saya tak bisa stabil. Selalu oleng ke kiri atau kanan. Akibatnya, sulit untuk beristirahat. Berita baiknya, ada satu bonus surprise yang benar-benar di luar dugaan saya: Ternyata perjalanan kami melewati kota Samarinda. Wah, betapa senangnya! Sebab sebelumnya saya mengira bahwa kami tak akan melewati satu kota besar pun. Di Samarinda, kami singgah sebentar untuk berfoto-foto di tepi sungai Mahakam dan Masjid Islamic Center. [caption id="attachment_293311" align="aligncenter" width="300" caption="Di Sungai Mahakam, Samarinda"][/caption] [caption id="attachment_293313" align="aligncenter" width="300" caption="Masjid Islamic Center, Banjarmasin"][/caption] Oh ya, jalan raya Balikpapan-Bontang ini cukup ramai, jauh lebih ramai daripada jalan raya Banjarmasin-Batulicin. Di Samarinda, saya juga kaget ketika tahu, bahwa ternyata kota ini cukup padat. Jalanan sempat macet di beberapa ruasnya. Sekitar jam 9 malam, mobil kami tiba di hotel Bintang Sintuk, Bontang. Di hotal inilah, secara tak terduga saya bertemu dengan para pemain sepakbola Arema Malang! Esok harinya, kami langsung berangkat ke pabrik Dabex milik PT Dahana - joint dengan PT Black Bear Indonesia - yang terletak di tengah kota Bontang. Pabrik ini masih dalam tahap pembangunan, berlokasi di tepi pantaia, bersebelahan dengan pabrik PT Pupuk Kaltim. Yang memisahkan keduanya adalah sebuah selat kecil yang sekilas seperti sungai. [caption id="attachment_293320" align="aligncenter" width="450" caption="Pabrik PT Dahana di Bontang yang sedang dibangun"][/caption] [caption id="attachment_293323" align="aligncenter" width="450" caption="Berpose di Pabrik PT Dahana, Bontang. Di latar belakang adalah pabrik PT Pupuk Kaltim yang terkenal itu."][/caption] Lokasi kedua pabrik yang bersebelahan ini tentu terasa unik. Sebab bahan baku utama pabrik pupuk dan pabrik bahan peledak sebenarnya sama, yakni AMONIUM NITRAT. Jadi coba bayangkan saja, kedua pabrik mengolah bahan yang sama. Tapi yang satu untuk pupuk tanaman, satunya lagi untuk bahan peledak! * * * Siang hari di Jumat yang terik itu, acara company visit pun selesai. Mobil yang kami tumpangi kembali ke Balikpapan, kembali melewati jalan yang berliku-liku, berlekuk-lekuk, dan dikelilingi oleh hutan lebat dan lembah yang sangat dalam. Menjelang jam 19.00 WITA, pesawat Garuda yang kami tumpangi pun terbang, kembali ke Jakarta. Empat hari di Kalimantan, membuat saya rindu luar biasa pada keluarga dan Jakarta! "Lho… sudah selesai tho? Maka cerita tentang Tahu Sumedang yang bisa meledak itu?" Hehehe… maaf beribu maaf. Memang sengaja saya taruh di bagian akhir :) Begini: Sepanjang perjalanan Banjarmasin-Batulicin, juga Balikpapan-Samarinda-Bontang, saya banyak sekali melihat warung dan restoran Tahu Sumedang. Restorannya ini termasuk kategori mewah, karena lapangan parkirnya luas, tempatnya bagus, dan harga makanannya mahal-mahal. [caption id="attachment_293328" align="aligncenter" width="448" caption="Restoran mewah Tahu Sumedang di Kalimantan. Sumber foto: www.denmasrul.com"][/caption] [caption id="attachment_293329" align="aligncenter" width="500" caption="Restoran mewah Tahu Sumedang di Kalimantan. Sumber foto: www.panoramio.com"][/caption] Ternyata orang Kalimantan sangat menyukai Tahu Sumedang. Dan restoran-restoran mewah tersebut menjadi bukti nyata. Di Jawa, termasuk di Sumedang sendiri, rasanya tak mungkin kita menemukan restoran khusus Tahu Sumedang yang semewah itu. Tapi ternyata, Tahu Sumedang mendapat tempat yang jauh lebih terhormat di Kalimantan ketimbang di daerah asalnya sendiri. Salah satu liputan tentang Tahu Sumedang di Kalimantan bisa dibaca di sini. "Lho, begitu saja? Lantas di mana ledakannya?" Ledakannya adalah dalam hal banyaknya restoran Tahu Sumedang di Kalimatan tersebut. Dengan kata lain, Tahu Sumedang meledak di Kalimantan, dan ledakannya berupa menjamurnya restoran Tahu Sumedang di sana. Nyambungnya maksa ya? Biarin deh, yang penting judul tulisannya menarik. Hehehe…. :-D Thanks Jonru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun