Musim Ramadhan tetap ada, tapi zaman berganti. Menyadur perkataan sang Bapak Marketing Hermawan Kartajaya, bisnis zaman digital itu harus menjalankan storytelling yang kuat untuk membuatnya jadi bahan obrolan komunitas online dan offline. Kemudian, berbondong-bondong iklan bercerita tentang malasnya anak muda mudik, karena ogah ditanyain "Udah kerja? Udah punya pacar? Kapan nikah?" Penulis semakin merasa gak relate.
Beneran.
3. Menggoda Teman yang Berpuasa
Setelah nyadar bahwa iklan sirop itu memang sengaja buat orang ngiler, timbul pikiran jahil. Kapan lagi bisa menggoda teman hanya dengan buat mereka ngiler, dan mereka pun gak boleh marah kalau dijahilin?
Penulis kembali ingat masa-masa SMA. Ada beberapa teman kelas berpuasa yang sudah punya reputasi anak nakal, dan tiba-tiba jadi lebih pendiam. Sebut saja namanya Anto. Kalau zaman teknologi ini ganggu temannya dengan kirim foto-foto makanan minuman via chat, zaman itu langsung di depan mata.
Kantin sekolah masih buka di bulan puasa. Gak ada tirai, gak ada tutup-tutupan, dan bisa bawa pulang jajanannya ke kelas. Murid-murid membawa bakso tusuk, nasi kuning, gorengan, es kelapa, teh poci, dll. ke kelas, dan si Anto itu ada di sana, tiduran.
"Lihat nih Anto apa ini? Baksooo. Nyam," seorang teman menggoyang-goyangkan bungkusan plastik isi bakso bertusuk-tusuk di depan matanya. Baksonya becek dengan saus sambal dan tomat, lalu dihampiri tepat di depan hidungnya. Anto menelan ludah tanda pengen kayak ngeliat film biru, berusaha tidur lagi. Tak lama, dia terkaget karena sesuatu yang dingin menimpa pipinya. "Apa itu?" tanyanya. "Oh nggak, ini teh poci tadi kutempel di pipimu. Seger kan? Teh poci campur Nutrisari lagi," dan dia pun menyeruput sruuutt tepat di telinga Anto. Anto nyaris kesurupan andai dia tidak keluar dari kelas.
Iya, kami memang layak masuk neraka jahanam.
4. Sadar Bahwa Sekarang Beneran Bulan Puasa