Asap hitam timbul dari bara
Tembok gereja-gereja pecah
Aspal ternoda bercak darah
Teriak, teriak, teriak, para wanita
Terjadi teror lagi
Lagi-lagi kedok agama sebagai motivasi
Bom dan bunuh diri
Dianggap wujud kematian paling sahih
Beragam air mata jatuh
Air mata akan trauma
Air mata akan luka-luka dan tewasnya korban
Tempat ibadah yang selalu memberikan kekhusyukan, menjadi tempat kehancuran
Air mata untuk pelaku?
Setiap orang punya penilaian sendiri-sendiri
Entah mengampuni
Entah menghakimi
Entah mencueki
Namun ada fakta yang tak berubah
Pelaku adalah keluarga
Pelaku melibatkan anak-anaknya
Anak-anak menjadi pelaku kejahatan manusia
Anak-anak
titipan nan polos dari Tuhan
titipan harapan akan masa depan
meninggal dalam didikan untuk membunuh
Tragedi. Tragedi. Tragedi!
***
Berita itu kusaksikan
Nuraniku menjerit dalam kesunyian
Namun, wajib aku terikat dalam kesibukan pekerjaan
Air mata terpaksa sendiri kutelan
Berita-berita bom berhamburan
Terus datang tanpa permisi ke gawai, WA, FB, IG, Chat
Terpaksa tak kuacuhkan demi kewarasan
Masih adakah berita yang baik menanti?
***
Tak semua bom meledakkan Surabaya
Negara dan korban bersatu melawan ketakutan
Hampir semua pelaku meregang nyawa
Hampir, sebab ada seorang anak
anak sang pelaku,
bernafas selamat dari ledakan
***
"Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama.
Hati anak-anak manusia pun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati."
- Alkitab, Pengkhotbah 9:3-4 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H