Esok harinya, aku membuka mata. Aku dan kakak tidak pergi ke sekolah lagi. Kata Papa, sekolah libur panjang. Kami berdua main Playstation lagi. Makan siang dan makan malam adalah nasi, lauk pauk, dan Chiki lagi. Malam, kami tidur dengan semua lampu rumah padam. Tengah malam, aku terbangun ingin buang air. Aku melihat Papa dan kakak masih terbangun, Aku bertanya kenapa, tapi disuruh tidur lagi saja.
Esok harinya, aku membuka mata lagi. Mama dan kakak-kakakku belum kembali. Aku mulai bosan dengan suasana rumah yang sepi, apalagi aku tak bisa ke sekolah. Aku rindu dengan masakan Mama yang banyak, berwarna, dan hangat. Malam yang biasanya ramai menjadi sangat sepi tanpa mereka. Aku berharap Mama dan kakak-kakakku cepat pulang.
Tak tahu berapa lama waktu berlalu, akhirnya Mama dan kakak-kakakku pulang. Mereka membawa oleh-oleh dari luar negeri berupa gantungan kunci, kue, baju, banyak. Rumah kembali ramai. Kami juga bisa ke sekolah lagi. Keadaan kembali seperti semula.
Saat itu sudah bukan bulan Mei.
***
Aku berulang tahun ke-17. Bersama teman-temanku, kami ngobrol ngalor ngidul di restoran. Dalam keriuhan, ada yang bertanya, mereka ngapain aja pas bulan Mei tahun 1998. Cerita mereka mirip dengan keluargaku: diam di rumah, pergi ke luar negeri, atau mengungsi. Mengungsi? Aku heran dan bertanya, ngapain mereka mengungsi.
"Lah. Kamu nggak tahu ya waktu itu kerusuhan?"
Cerita-cerita getir mulai terdengar. Cerita-cerita yang nggak bisa aku percaya. Cerita-cerita yang lebih seram dari film horor manapun. Aku nggak percaya. Temanku memperlihatkan serangkaian berita dan gambar mengenaskan di forum internet via laptopnya.
Pembakaran rumah. Penjarahan toko. Penculikan. Pembunuhan. Pemerkosaan satu keluarga. Lempar batu. Huru-hara.
Tak tenang aku lama-lama di restoran. Pulang ke rumah, aku bertanya pada kakak-kakakku, apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu, Mei '98. Saat itu aku masih berumur 5 tahun. Tak ada ingatan yang membekas, selain soal asyiknya tak ke sekolah, main Playstation dan makan nasi dengan Chiki. Apa yang sebenarnya terjadi?
Kakak-kakakku menjelaskan. Mereka menjelaskan bahwa hari itu Mama bukan liburan, tapi dalam pelarian. Sekolah tidaklah libur, tapi tutup dengan sengaja. Papa dan kita bukan bersantai, tapi melindungi diri. Makan Chiki bukan karena makanan berlimpah, tapi tinggal itu makanan yang ada.