Menyaksikan tayangan televisi pagi ini sungguh menyenangkan. Walaupun Indonesia sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945, namun pola pelantikan presiden dan wakil presiden tidak ada yang baku. Namun hari ini 20 Oktober 2014 terlihat betapa semakin matangnya dan dewasanya negara Republik Indonesia itu.
Dari media kita mengikuti bahwa pemilihan Ketua DPR dan Ketua MPR tidak terlalu mulus, bahkan sepertinya menunjukkan kekecewaan. Ternyata perbedaan tajam dalam politik itu bisa berubah menjadi rasa kesatuan seperti ditunjukan oleh pimpinan MPR pagi ini. Pagi ini Ketua MPR Zulkifli Hasan menunjukkan dirinya memang pantas sebagai pimpinan majelis itu. Ada kebanggaan bagi rakyat Indonesia ketika Zulkifli Hasan membacakan tamu-tamu asing yang menghadiri acara pelantikan itu seperti PM Australia, Menlu AS, dll. Itu saja menunjukkan dunia pun ikut mengakui pentingnya Indonesia.
Ketua MPR juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden SBY dan Wakil Presiden Budiono yang telah berbuat banyak selama sepuluh tahun terakhir ini. Bahkan ini bisa menjadi kebiasaan atau konvensi kenegaraan yang baik di mana presiden lama (SBY) mempersilakan presiden baru (Joko Widodo) untuk duduk di kursi presiden yang sebelumnya diduduki presiden lama; demikian juga dengan wakil presiden.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang selama ini ditunjukkan media sangat bermusuhan dengan kubu Joko Widodo, ternyata dalam acara pelantikan pagi ini menunjukkan senyum yang menunjukkan persahabatan. Prabowo yang selama ini tampil berbeda pandangan mengenai hasil pemilihan presiden, ternyata kalau sudah menyangkut persatuan Indonesia, bersedia datang dan mengikuti acara pelantikan presiden dan wakil presiden pagi ini. Para mantan presiden dan mantan wakil presiden jarang kita lihat bersama dalam suatu acara, tapi pagi ini mereka muncul bersama.
Doa yang dipanjatkan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin yakni agar Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan hikmat dalam menghadapi perbedaaan dan keragaman Indonesia benar-benar menjadi inti dari jiwa acara pelantikan presiden dan wakil presiden pagi ini.
Mungkin ini hanya bisa terjadi di Indonesia dan karena kita orang Indonesia. Para tamu asing yang mengikuti acara itu mungkin akan mengatakan memang Indonesia ini unik dan ini hanya bisa terjadi di Indonesia.
Melihat acara pelantikan presiden dan wakil presiden 20 Oktober 2014 ini semakin menunjukkan bahwa masyarakat dan bangsa Indonesia itu memang berbeda. Namun walaupun berbeda dalam banyak hal seperti agama, kepercayaan, politik, suku, ras, status sosial, latar belakang, asal usul, dan lain-lain; tapi kalau sudah menyangkut negara dan bangsa, maka semua rakyat Indonesia itu bisa bersatu padu.
Ini modal yang sangat baik dan penting untuk dijadikan sebagai dasar dalam meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia selama lima tahun mendatang.
Hidup Indonesia!
Bagi yang belum sempat membaca pidato Presiden Joko Widodo setelah dilantik berikut petikannya:
PIDATO PELANTIKAN PRESIDEN JOKO WIDODO
“DI BAWAH KEHENDAK RAKYAT DAN KONSTITUSI”
JAKARTA, 20 OKTOBER 2014
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Damai Sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya
Yang saya hormati, para Pimpinan dan seluruh anggota MPR,
Yang saya hormati, Wakil Presiden Republik Indonesia,
Yang saya hormati, Bapak Prof Dr. BJ Habibie, Presiden Republik Indonesia ke 3, Ibu Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia ke-5, Bapak Try Sutrisno, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Hamzah Haz, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-9, Yang saya hormati, Bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia ke-6, Bapak Prof Dr Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-11,
Kita juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri. Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri. Bangsa besar yang kreatif yang bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi peradaban global.
Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk.
Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di Laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,
Kerja besar membangun bangsa tidak mungkin dilakukan sendiri oleh Presiden, Wakil Presiden ataupun jajaran Pemerintahan yang saya pimpin, tetapi membutuhkan topangan kekuatan kolektif yang merupakan kesatuan seluruh bangsa.
Lima tahun ke depan menjadi momentum pertaruhan kita sebagai bangsa merdeka. Oleh sebab itu, kerja, kerja, dan kerja adalah yang utama. Saya yakin, dengan kerja keras dan gotong royong, kita akan akan mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Yang Mulia kepala negara dan pemerintahan serta utusan khusus dari negara-negara sahabat.
Saya ingin menegaskan, di bawah pemerintahan saya, Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sebagai negara kepulauan, dan sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, akan terus menjalankan politik luar negeri bebas-aktif, yang diabdikan untuk kepentingan nasional, dan ikut serta dalam menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya, atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dan atas nama bangsa Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Prof. Dr. Boediono yang telah memimpin penyelenggaraan pemerintahan selama lima tahun terakhir.
Hadirin yang saya muliakan,
Mengakhiri pidato ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu hal yang pernah disampaikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno, bahwa untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai, kita harus memiliki jiwa cakrawarti samudera; jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung.
Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia dan berlayar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri. Saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan Konstitusi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya kita bersama.
Merdeka !!!
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semoga Tuhan memberkati,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H