Sepengetahuan saya, konteks suku Maybrat, Agama dan pemerintah baru masuk dan tidak lebih dari seabad. Sebelum itu, profesi orang Maybrat adalah masyarakat peladang (berkebun), pemburu dan pengumpul (peramu). Sehingga, mendefinisikan kesuksesan "status sosial" seseorang (terlepas dari aspek kekuasaan), seseorang dianggap sukses " manusia sejati" ketika menjadi pemburu hebat, berkebun untuk menafkahi keluarga, dan membagikan ke keluarga dan sebagainya. Ketika tidak menjadi pemburu dan tidak berkebun, otomatis akan menerima penghinaan sosial " Hawepoh (Orang pamalas) atau Krema fe (bukan orang hebat). Konsep profesi dan status sosial seperti yang telah dimaksud, sebagain masih ada dipraktekan sampai saat ini.
Sedangkan, profesi-profesi jasa formal, baru ada ketika kehadiran agama Kristen (baik protestan maupun katolik di tanah Maybrat). Disamping itu kehadiran pemerintah Kolonial Belanda, dan selanjutnya pasca PEPERA (1969) hadirlah pemerina Indonesia. Kehadiran Agama, membawa dua profesi formal yaitu : Tenaga pendidik dan tenaga Kesehatan. Generasi awal masyarakat lokal disekolah, mayoritas diarahkan menjadi tenaga pendidik dan tenaga Kesehatan (menjawab kebutuhan dasar saat itu), di samping pelatiahn skill seperti menjadi tukang bagi kaum laki-laki, dan menjahit dengan mesin bagi perempuan. Orang-orang yang menjadi tenaga pendidik dan tenaga medis menduduki posisi yang istimewa dalam masyarakat, mereka juga memperoleh hak seperti gaji dan jatah beras. Hal-hal yang jarang, dan sulit diperoleh oleh Masyarakat umum saat itu. Masa itu, Ketika seseorang menjadi pendidik dan tenaga medis benar-menar memperoleh keistimewaan, termasuk status sosial "TUAN", bahkan menjadi kelas sosial yang berbeda dengan masyarakat lainnya.
Fase kedua adalah kehadiran pemerintah Belanda dan Pemerintah Indoensia, fase ini beberapa putra/i daerah (mayoritas putra) sudah berpendidikan dan dimasukan ke dalam institusi pemerintahan (menjadi pegawai negeri), lainnya menjadi pembantu (mirip tenaga honorer). Mereka ini juga memperoleh hak-hak seperti gaji dan jata beras, sekaligus keistimewaan memperoleh status sosial " TUAN" dalam masyarakat .
Gambaran singkat terkait sejarah profesi formal dalam Masyarakat kita, bisa dikatakan bahwa masyarakat baru mengenal tiga profesi " tenaga pendidik, tenaga medis dan pegawai pemerintah" Â dengan produks status dan kelas sosial "TUAN". Masyakarat kita belum mengenal profesi menjadi astronot, freelance, enginirer dan dan beragam profesi lainnya yang bermunculan dalam 20 tahun belakangan, bahkan memiliki penghasilan perbulan, yang sangat fantastik. Artinya, sejarah menjadi TUAN adalah menjadi Pegawai Pemerintah (ASN/PNS). Sejarah inilah, yang menurut saya masih membekas dalam memori atau kesadaran kolektif masyarakat kita dan teraktualiasi dalam cara memandang profesi ideal, definisi kesuksesan status dan kelas sosial.
Tulisan ini akan berlanjut dengan bagian 2 : berfokus pada analisis dengan pendekatan Pierre Bourdeau. Â
* Dosen Universitas Nani Bili Nusantara (UNBN) Sorong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H