Mohon tunggu...
Jonny Ricardo Kocu
Jonny Ricardo Kocu Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Suka Menulis dan Tertarik Pada Literasi, Politik dan Pemerintahan, Sosial Budaya, Lingkungan dan Literasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bagian III: Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua

24 Februari 2024   20:10 Diperbarui: 25 Februari 2024   18:12 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keunggulan dan Kelemahan Sistem Polikultur

Saya berupaya melihat, apa saja keunggulan dari sistem polikultur, terutama yang dilakukan oleh masyarakat Aifat di Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Pengelompokan (lihat tabel 1) didasarkan pada sumbuh-sumber yang dihimpun, termasuk pengamatan lapangan, menunjukan bahwa sistem polikultur memberi banyak keuntungan, walau terdapat beberapa kelemahan.

Dok. Jonny Ricardo Kocu 
Dok. Jonny Ricardo Kocu 
Misalnya, poin pertama (banyak tanaman), hal ini dibuktikan dengan data yang saya peroleh dari salah satu warga yang berprofesi sebagai petani.

Secara rinci saya paparkan daftar tanaman yang ditanam dalam satu lahan (lihat tabel 2). Kelebihan lainnya adalah, pengetahuan masyarakat terhadap sistem pertanian polikultur. Masyarakat Papua (Konteks Kabupaten Maybrat), secara turun temurun mempraktek sistem polikultur dalam pertanian. 

Artinya, tidak perlu pendidikan formal atau pelatihan serius, melainkan cukup mendorong pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, agak mengoptimalkan sistem polikultur untuk mencapai kedaulatan pangan lokal. 

Sistem polikultur juga menjadikan lahan pertanian sebagai lumbung pangan hidup, yang memungkinkan panen dilakukan sesuai kebutuhan tanpa ketahukan panen berlebihan.

Baca Juga : Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua (Bagian I )

Namun, satu kelemahan yang menjadi ancaman jangka panjang adalah minimnnya generasi muda yang menjalankan sistem polikultur. Hal ini diorong oleh kurangnya kesadaran generasi muda terhadap pertanian - pangan lokal,. 

Begitu juga pergeseran profesi, seperti banyak kaum muda yang menjadi ASN/PNS, atau pegawai swasta dan berpindah ke daerah perkotaan (urbanisasi).  

Begitu juga, ketergantung komsumsi berat (pangan nasional), sehingga pangan lokal Papua, dianggap pilihan skunder dalam komsumsi. Sehingga, menyebabkan beragam problem dalam pertanian dan pangan lokal papua.

Data yang saya tampilkan pada tabel 3, merupakan hasil interview dan observasi saya dengan salah satu warga (jug alahan pertanian) di Kampung Fonatu, kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Terdapat 16 jenis tanaman, dengan beragam variannya.

Dok. Jonny Ricardo Kocu 
Dok. Jonny Ricardo Kocu 

 Jika kita perhatikan sistem polikultur, tentu memberi banyak keuntungan. Pertama, dengan satu lahan, kita bisa menanam banyak jenis tanaman. Kedua, ketika panen, sebagian besar tanaman bisa dipanen beberapa kali. Ini dua keuntungan besar polikultur. 

Namun sejauh pengamatan saya, jumlah hasil panen belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar (dalam skala besar). Artinya, untuk kebutuhan rumah tangga, menurut saya bisa tercukupi dalam kadar tertentu dan berkelanjutan.

* Tulisan ini berlanjut ....

Baca Juga : Bagian Terakhir - Sistem pertanian dan kedaulatan Pangan Lokal Papua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun