Bab 5. Sekolah informal di Kota Sorong. Bagian ini penulis memberi kita satu fakta daerah urban di Papua( kota sorong), dimana banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah di tingkat PAUD (sebagai dasar untuk masuk SD) karena latar belakang ekonomi keluarga, serta kesadaran orang tua yang rendah akan pentingnya pendidikan usia dini. Sosok Danati Wulandari hadir sebagai inisiator salah satu sekolah informal di beberapa titik di kota sorong, untuk menyediakan kesempatan belajar bagi anak-anak kurang mampu.
Bab 7. Merefleksikan Mambesak sebagai gerakan kebudayaan rakyat Papua. Beberapa buku I Ingurah, selalu konsisten dengan gerakan kebudayaan Papua yang digerakkan oleh Mambesak. Bagain ini mengulas perjalan singkap Mambesak, hingga kematian sosok sentral Arnold Ap dan salah satu rekannya yang di bunuh oleh Militer Indonesia. namun inspirasi dari gerakan tersebut masih terus diperjuangkan.Â
Poin-Poin  (Pelajar) Penting Menurut SayaÂ
1). Buku ini menggambarkan sekaligus merefleksikan kondisi orang papua di tanah mereka, serta perubahan yang dihadapi (siasat-siasat menghadapi perubahan tersebut).
2). Segitiga kepentingan di tanah Papua. Investasi (kapitalisme), negara (pemerintah) dan orang Papua (masyarakat adat). Orang Papua jelas menjadi pihak yang kalah, dirugikan oleh investasi dengan watak kapitalisme yang eksploitatif dan negara (pemerintah) dengan watak kolonialis yang melihat, menilai dan menempatkan orang Papua dalam posisi yang rendah.
3). Ketidaksiapan dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat, sehingga membuat orang Papua mengalami banyak permasalah, termasuk perubahan perilaku yang komsumtif dan pragmatisme (uang dan uang), sehingga banyak orang papua yang tercerabut dari akar nilai dan kebudayan yang melandasi hidup mereka sejak lama.
4). Fragmentasi. Satu kata kunci yang saya temukan setiap membaca buku I Ngurah tentang papua yaitu fragmentasi / keterpecahan. Dalam konteks buku ini penulis menunjukan keterpecahan orang Papua karena berbagai kepentingan yang masuk, terutama investasi (kapitalisme). Fragmentasi menghancurkan dua kekuatan dasar yaitu integrasi dan solidaritas.Â
5). Orang Papua harus merefleksikan diri, melihat nilai dan budaya yang membentuk jadi diri mereka, sebagai inspirasi untuk merespon dan menerima perubahan yang sedang dihadapi serta berbagai kepentingan yang masuk. Integrasi dan solidaritas adalah dua hal yang musti dibangun kembali dan diperkuat oleh orang papua untuk menata masa depan yang lebih baik.
Identitas BukuÂ
Judul : Hidup Papua Suatu Misteri
Pengantar : Lidia Judith Giay dan Veronika Kusumaryati