Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Bangsa Beradab, Toleransi Itu Sangat Tidak Cukup

16 November 2020   19:53 Diperbarui: 16 November 2020   20:27 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu wilayah, setiap penghuni tidak pernah mengganggu penghuni lainnya, tetapi juga tidak pernah menolong penghuni lainnya. Apakah masyarakat di wilayah itu dapat disebut masyarakat yang toleran? .... perlu diketahui wilayah itu adalah pemakaman.

TOLERANSI dan BHINEKA TUNGGAL IKA

Nah, jika begitu, saya menyimpulkan bahwa toleransi hanya bagian sangat kecil dari cara kita mewujudkan perdamaian dan persatuan. Toleransi mungkin cukup untuk mencegah perpecahan, tetapi tidak cukup untuk memperkokoh persatuan (sila ke 3 Pancasila). Toleransi hanya setengah dari Bhineka Tunggal Ika, yang di dalamnya terdapat makna gotong-royong. Kesimpulan saya, toleransi sangat tidak cukup jika bangsa ini ingin maju menjadi bangsa yang besar dan beradab. Masalahnya, yang tidak cukup itupun belum kita miliki secara utuh.

Bangsa ini akan maju jika bersatu padu, sedangkan toleransi berguna hanya agar kita tidak terpecah. Toleransi memang dapat disebut sebagai titik awal, pintu pertama, agar kita dapat naik ke tahap gotong-royong, lalu ke tahap yang kita cita-citakan, Bhineka Tunggal Ika, pengejawantahan dari sila ke 3 Pancasila, Persatuan Indonesia. Kemajuan dan peradaban tidak mungkin dicapai hanya karena kita tidak terpecah, tetapi karena kita bersatu.

Pada titik ini, kita pantas untuk merenung dan bertanya, apakah kita sudah berdiri di titik awal ini, apakah kita sudah membuka pintu pertama ini? Pertanyaan ini pantas diajukan karena hingga saat ini kita masih disibukkan oleh tindakan dan ucapan intoleran. Mari kita akui dengan tulus, pelarangan pendirian rumah ibadah makin marak, membubarkan ibadah agama lain semakin umum. Tindakan intoleran bahkan sudah masuk ke dunia pendidikan. Ketua OSIS harus dari kelompok agama mayoritas, siswa dari kelompok minoritas tidak diperkenankan membaca pembukaan UUD 1945 saat upacara di sekolah, untuk menyebut beberapa contoh.

Kita semakin jauh dari cita-cita luhur para leluhur ..... Bhineka Tunggal Ika.

GUS DUR MEMBERIKAN DEFINISI TERBAIK

Gus Dur pernah berkata seperti ini: "Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yg baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu."

Walau Gus Dur tidak mengatakan bahwa itulah definisi toleransi, tetapi saya sangat setuju jika toleransi kita definisikan dengan cara seperti itu. Biarkan orang lain melakukan haknya, tetapi Gus Dur melangkah lebih jauh dengan pemahaman yang lebih dalam, bantu orang lain memperoleh haknya, toleransi yang bersifat proaktif.

Gus ... I miss you

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun