Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku Masih Bingung tentang Asesmen Nasional

9 Oktober 2020   18:47 Diperbarui: 9 Oktober 2020   18:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana menghubungkan Asesmen Nasional terhadap kebijakan "merdeka belajar", dan merdeka belajar itu seperti apa?. Kita mesti sangat berhati-hati, karena makna kata "merdeka" sangat mudah berubah menjadi suka-suka, ya kan?. Coba kita ingat ke masa lalu, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang terdengar sangat bagus dan hebat, fakta dilapangan, CBSA diterjemahkan sama dengan CMGP, Cara Mengajar Guru Pasif.

Perubahan mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil. Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, begitu penjelasan pak Nadiem. Apakah boleh diartikan bahwa siswa tidak lagi menerima sertifikat nilai akhir?, atau kalau sertifikat kelulusan tetap ada, apakah di dalamnya tidak ada lagi nilai?, atau kalau ada nilai, apakah nilai itu sama untuk semua siswa dari sekolah tersebut?. Dan jika hasil Asesmen Nasional tidak berdampak ke sekolah, bukankah itu dapat menyebabkan sekolah tidak lagi memiliki target?

Penjelasan berikut, Asesmen Nasional terdiri dari tiga bagian, yaitu:

  • Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
  • Survei Karakter
  • Survei Lingkungan Belajar

AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif, yaitu literasi dan numerasi. Ini membuat saya sedikit bingung, karena sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Asesmen Nasional tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, bagaimana ini, Pak Nadiem?

Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak berarti mengecilkan arti penting mata pelajaran. Apakah maksudnya bahwa mata pelajaran seperti fisika, matematika, kimia, biologi, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, tetap ada?, jika tetap ada, di bagian mana kemampuan literasi dan numerasi itu diajarkan, dan guru yang mana yang mengajarkan?, atau menjadi ada mata pelajaran yang baru?

Aspek kedua dan ketiga dari Asesmen Nasional, Survei Karakter dan Survei Lingkungan belajar. Kata "survei" sedikit membuat saya bingung. Di dalam KBBI, survey artinya : teknik riset dengan memberikan batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjauan; pengukuran; Nah,  "Survei Karakter" yang bapak maksud apakah menyelidiki karakter, meninjau karakter, atau mengukur karakter?. Pada "Lingkungan Belajar" kata "survei" mudah dipahami.

Lalu Pak Nadiem melanjutkan, bagian kedua dari Asesmen Nasional adalah survei karakter yang dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila. "Dengan enam indikator utama, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia; dua, berkebinekaan global; ketiga, mandiri; keempat, bergotong royong; kelima, bernalar kritis; dan keenam, kreatif," tutur Mendikbud.

Ternyata "survei" berarti "mengukur", dan setiap pengukuran membutuhkan "alat", dan memerlukan suatu "standar" acuan. Pak Nadiem, tolong jelasin dong di lain waktu, alat apa yang dipakai untuk mengukur "iman dan ketakwaan dan akhlak yang mulia", dan paling penting apa "standar-nya?". Seperti apa "Profil Pelajar Pancasila, dan bagaimana mengukurnya?".

Maaf kepada yang membaca tulisan ini, terutama ke Pak Menteri. Pertanyaan saya disebabkan belum cukup paham tentang Asesmen Nasional dari penjelasan Pak Menteri yang saya tonton di Youtube.

Tapi, ngomong-ngomong, belum pernah terdengar rencana atau program tentang bagaimana menumbuhkan daya juang, daya tahan, sifat pantang menyerah pada diri siswa. Bahkan kita sangat takut sesuatu membuat siswa stress atau merasa terbebani. Stres yang terkelola dengan baik adalah pupuk untuk menyuburkan daya tahan, beban yang terukur dan terkelola dengan bijak akan menjadi ppupuk terbaik menumbuhkan daya juang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun