Seperti yang sudah sering terjadi, heboh SARACEN kemungkinan hanya temporer, lalu apa? Toh ingatan kolektif masyarakat tidaklah begitu panjang dan lama. Meski demikian, ya tetap saya urun atau berbagi pendapat.
'1. Psikologi Sejarah
Terbongkarnya Saracen sesungguhnya hanya sebuah kerlip kecil dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Situasi dan kondisi psikologis atau kebatinan yang tepat yang menyebabkan Saracen menuai badai kritik, dan memanen respon beragam dengan kuantitas bejibun, meski kualitas respon itu banyak yang perlu dipertanyakan. Kehebohan massal.
Pada masa itu di Eropa, VOC hanyalah sebuah organisasi dagang kecil menurut ukuran Eropa. Pantas menjadi pertanyaan bagaimana VOC yang kecil itu mampu mengangkangi atau memonopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara dalam selang waktu yang begitu lama?. Kita semua tahu jawabannya, sesuai sejarah yang diajarkan ke kita sejak TK sampai menjadi mahasiswa, de vide et impera, politik pecah-belah.
Sejarah mengajarkan ke kita seolah-olah de vide et impera itu sebuah konsep atau strategi yang unggul, jitu, superior dan mumpuni. Sebenarnya tidak, itu hanya sebuah strategi yang sangat umum. Hanya saja, suka atau tidak suka, dan karena pengakuan baik bagi jiwa, harus diakui bahwa politik de vide et impera bisa sukses mengangkangi Nusantara karena sesuatu yang sangat krusial dan mendasar, Nusantara terdiri dari masyarakat yang mudah dipecah dan gampang dibelah. Raja-raja Nusantara selalu bertengkar berebut kekuasaan, dan itulah pintu masuk VOC menancapkan kuku dan cakar. Bukan VOC yang hebat, tetapi .......
Itulah alasan saya untuk memberi salut dan hormat setinggi-tingginya, kepada semua person yang terlibat mempersiapkan dan memproklamasikan kemerdekaan RI. Mereka mampu mempersatukan semua eksponen yang sesungguhnya mudah dipecah dan gampang dibelah. Salut.
Saracen dapat menjadi bukti bahwa karakter itu belum berubah banyak. Kita masih harus bekerja sangat keras untuk memperkuat perekat kebangsaan, agar di masa depan tidak ada satupun yang dapat menguraikan dan memberaikannya.
'2. Bukti Valid Sumber Radikalisme
Orang yang bertahan pada adagium bahwa sumber radikalisme adalah kemiskinan dan rendahnya pendidikan, kini perlu berpikir ulang, dan Saracen dapat menjadi salah satu entry point yang bagus.
Struktur organisasi yang menggerakkan Saracen pasti diisi oleh orang-orang intelektual berpendidikan tinggi, paling tidak berpendidikan baik menurut ukuran umum, dan pasti mereka bukan orang-orang miskin yang kurang gizi apalagi sampai menderita busung lapar. Mereka makmur dan sentosa, pasti.
Mengelola ratusan ribu akun butuh keterampilan tinggi, mencari dan menggalang dana segar butuh relasi tingkat tinggi, menyusun dan mengajukan proposal butuh pengetahuan tingkat dewa, menghubungi konsumen butuh keberanian tinggi. Menetapkan topik dan menyusun kalimat hoaks, merekayasa foto dan menyebarkan, semua itu membutuhkan pengetahuan yang luas dan dalam. Dan semua itu untuk satu tujuan, menyebarkan bibit radikalisme, memicu konflik horizontal maupun vertical, dan menteror jiwa massa masyarakat.
Dan lalu lihat, siapa sesungguhnya yang mencipta dan yang menyebarkan radikalisme itu?. Seseorang memposting foto hoaks tentang Rohingya, tentu ada maksud dan tujuan terselubung dan gelap di dalamnya. Anda tentu tahu bahwa orang itu berpendidikan tinggi, makmur sejahtera, dan jabatannya mentereng habis.
Bertahan pada adagium bahwa sumber radikalisme adalah kemiskinan dan rendahnya pendidikan hanya cara kaum intelektual yang makmur dan sejahtera untuk membungkus diri di dalam labirin kemunafikan, lalu cuci tangan melepas tanggung-jawab, menyalahkan kemiskinan dan rendahnya pendidikan.
Sumber radikalisme semata-mata adalah nafsu angkara dan birahi membara terhadap kekuasaan. Seperti kuda yang sedang birahi, meringkik dan melompat-lompat.
Dan, tidak ada seorangpun yang miskin dan berpendidikan rendah yang memiliki nafsu dan birahi seperti itu. Sumber radikalisme itu adalah POLITIK.
Saya tidak hendak mengatakan bahwa kemisikinan dan rendahnya pendidikan bukan masalah, tidak. Kedua situasi itu adalah masalah besar yang harus kita atasi, tentu dengan kerja keras, komitmen yang teguh, dan konsistensi yang permanen.
'3. Â Menjadi Trigger
Satu dampak positip dari terbongkarnya Saracen, itupun hanya jika bangsa ini mau dan rela dengan ikhlas, adalah memicu kesadaran kolektif bahwa karakter dasar dari bangsa ini belum beranjak jauh dari zaman VOC, mudah dipecah dan gampang dibelah. Hanya yang berbeda adalah, saat ini pelakunya bukan VOC tetapi ada di antara kita sendiri, anak-anak bangsa sendiri, yang kemakmurannya diperoleh dari tanah air pertiwi.
Mengakui kelemahan adalah langkah pertama membangun kekuatan yang nyata. Tanpa pengakuan, tidak ada pertobatan. Tanpa pertobatan tidak ada kemajuan, peradaban akan stagnan atau bahkan bergerak mundur.
Pertanyaannya, mampukah kita menjadikan terbongkarnya Saracen sebagai momentum yang memicu kesadaran kolektif dan lalu mengimplementasikan pertobatan nasional?.
Jika tidak, maka terbongkarnya Saracen hanya akan menjadi sebuah masa, masa yang segera terhapus oleh masa yang akan datang lalu terlupakan begitu saja, hanya sampai pada terbongkarnya kasus lain yang kembali menyedot perhatian kita semua, dan itupun segera terlupakan lagi dan lagi.
Sementara itu radikalisme tumbuh makin subur di antara kita, di ruang-ruang persekolahan kita, di sela-sela kehidupan kita, di setiap detik ibadah kita, di setiap pojok kantor-kantor pemerintah, bahkan mungkin di setiap teks undang-undang kita.
Bah.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H