Dan lalu lihat, siapa sesungguhnya yang mencipta dan yang menyebarkan radikalisme itu?. Seseorang memposting foto hoaks tentang Rohingya, tentu ada maksud dan tujuan terselubung dan gelap di dalamnya. Anda tentu tahu bahwa orang itu berpendidikan tinggi, makmur sejahtera, dan jabatannya mentereng habis.
Bertahan pada adagium bahwa sumber radikalisme adalah kemiskinan dan rendahnya pendidikan hanya cara kaum intelektual yang makmur dan sejahtera untuk membungkus diri di dalam labirin kemunafikan, lalu cuci tangan melepas tanggung-jawab, menyalahkan kemiskinan dan rendahnya pendidikan.
Sumber radikalisme semata-mata adalah nafsu angkara dan birahi membara terhadap kekuasaan. Seperti kuda yang sedang birahi, meringkik dan melompat-lompat.
Dan, tidak ada seorangpun yang miskin dan berpendidikan rendah yang memiliki nafsu dan birahi seperti itu. Sumber radikalisme itu adalah POLITIK.
Saya tidak hendak mengatakan bahwa kemisikinan dan rendahnya pendidikan bukan masalah, tidak. Kedua situasi itu adalah masalah besar yang harus kita atasi, tentu dengan kerja keras, komitmen yang teguh, dan konsistensi yang permanen.
'3. Â Menjadi Trigger
Satu dampak positip dari terbongkarnya Saracen, itupun hanya jika bangsa ini mau dan rela dengan ikhlas, adalah memicu kesadaran kolektif bahwa karakter dasar dari bangsa ini belum beranjak jauh dari zaman VOC, mudah dipecah dan gampang dibelah. Hanya yang berbeda adalah, saat ini pelakunya bukan VOC tetapi ada di antara kita sendiri, anak-anak bangsa sendiri, yang kemakmurannya diperoleh dari tanah air pertiwi.
Mengakui kelemahan adalah langkah pertama membangun kekuatan yang nyata. Tanpa pengakuan, tidak ada pertobatan. Tanpa pertobatan tidak ada kemajuan, peradaban akan stagnan atau bahkan bergerak mundur.
Pertanyaannya, mampukah kita menjadikan terbongkarnya Saracen sebagai momentum yang memicu kesadaran kolektif dan lalu mengimplementasikan pertobatan nasional?.
Jika tidak, maka terbongkarnya Saracen hanya akan menjadi sebuah masa, masa yang segera terhapus oleh masa yang akan datang lalu terlupakan begitu saja, hanya sampai pada terbongkarnya kasus lain yang kembali menyedot perhatian kita semua, dan itupun segera terlupakan lagi dan lagi.
Sementara itu radikalisme tumbuh makin subur di antara kita, di ruang-ruang persekolahan kita, di sela-sela kehidupan kita, di setiap detik ibadah kita, di setiap pojok kantor-kantor pemerintah, bahkan mungkin di setiap teks undang-undang kita.