Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dipenjarakan oleh Kehendak Bebas

28 Agustus 2017   12:44 Diperbarui: 28 Agustus 2017   12:56 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEHENDAK BEBAS

Adanya "kehendak bebas" menjadi salah satu pembeda manusia dengan hewan lainnya, begitu kata filsuf dan begitu yang menjadi keyakinan umum, keyakinan mainstream.

Orang Indonesia tampaknya begitu memaknai "kehendak bebas" itu dan amat bersemangat mengimplementasikannya pada semua bidang di semua waktu di tiap tempat. Terutama, tentu saja yang terlihat dan teramati oleh saya, di Jakarta, ibu dari segala kota di Indonesia.

Di jalan raya, orang-orang Jakarta dari semua strata, strata apapun itu, semangatnya begitu luarbiasa tingginya untuk mengimplementasikan filosofi dasar "kehendak bebas", sangat implementatif dan konsisten. Di persimpangan, hasil resultan dari "kehendak bebas" setiap orang yang hendak melintasi persimpangan itu hanyalah "kemacetan parah, stagnan, berhenti total, klakson yang menderu-deru, makian yang terumbar, dan tensi yang menanjak". Kehendak bebas berubah menjadi kerangkeng.

Ojek on-line bebas melaju perlahan di tengah jalan menghalangi kenderaan di belakang, sambil melihat ponsel dan celingak-celinguk kiri-kanan. Angkutan umum sama dan sebangun. Bahkan mobil sedan mewah Mercedes dan Audi berpenumpang keren berdasi dan kemeja lengan panjang, bebas menelepon sambil menyetir melaju perlahan. Jangan pernah kau coba meng-klakson dari belakang, anda akan dimaki dan dipelototi.

Mobil apa saja bebas berhenti di mana saja dan kapan saja, tak perlu membedakan angkutan umum dengan mobil pribadi semewah apapun, keduanya sami mawon. Parkir?, seluruh bagian jalan adalah lahan parkir. Bahkan kehendak bebas itu menyebabkan orang boleh parkir menutup gerbang masuk ke rumah orang lain, tanpa diiringi rasa bersalah barang seupil.

Sekian persen dari penjara kemacetan di Jakarta bersumber dari implementasi "kehendak bebas" yang sangat bebas dan konsisten.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun