Teroris yang meledakkan bom bunuh diri, mereka hanya ranting kecil dari pohon besar radikalisme.
Pawai obor anak-anak yang meneriakkan yel-yel “bunuh Ahok, bunuh Ahok”, seorang guru SD di Sumatera Barat yang tidak membolehkan siswa Beragama Kristen membaca mukadimah UUD 45, keduanya adalah indikator yang mengerikan, bahwa “salah asuhan” sudah menjangkau anak-anak, generasi masa depan bangsa ini. Jika anak-anak yang lugu sudah terpapar paham radikalisme, hal itu menjadi petunjuk bahwa rumah, sekolah, tempat ibadah, taman bermain, jalan raya, semuanya sudah terpapar polusi radikalisme. Jika sudah begitu, hanya menunggu waktu dan sebuah pemicu, maka “big bang” akan segera terjadi.
Tetapi pemerintah justru hanya mengarahkan mata untuk mencari orang yang mengusung bom di ransel di pundaknya.
Bom-bom yang sudah tertanam dan yang akan ditanamkan di dalam hati dan pikiran anak-anak, itu terabaikan. Big bang di masa depan yang tidak begitu lama lagi.
Apakah saya terlalu khawatir? …. Entahlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H