Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kavling Surga yang Sold-Out

26 Februari 2017   16:05 Diperbarui: 26 Februari 2017   16:15 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat dilahirkan, semua bayi adalah mahluk surgawai yang lugu dan polos, di tangan mereka dititipkan sekeping surga.

Andaikata setiap bayi bertumbuh  dan berkembang di dalam suasana keilahian, sekeping surga di setiap tangan yang mungil dan lembut itu tersatukan utuh menjadi surga yang sesungguhnya, maka surga turun ke bumi, und friede auf erden.

Tetapi, kebanyakan mereka tumbuh dan berkembang, bertujuan untuk menghancurkan surga di tangan yang lain sambil menggenggam erat sekeping surga di tangan, mereka menjadi dewasa hanya dengan seupil kepingan surga, dan sedihnya, kitalah yang menjadi pelaku utama, orang-orang dewasa, orang-orang pintar, orang-orang yang sekolahnya menyundul langit. Bayi-bayi surgawi itu kita didik, kita jejali dengan khotbah-khotbah, kita ancam dengan neraka dan kita janjikan surga, dan merekapun tumbuh hanya dengan seupil surga, FATAMORGANA.

Kini jika banyak bayi-bayi surgawi itu tumbuh menjadi anak yang berhasrat menghancurkan surga di tangan yang lain, salahkanlah dirimu, salahkan pendidikanmu, salahkan khotbahmu, salahkan agamamu, salahkan ideologimu, salahkan semua yang ada di dalammu. Kau telah mengubah surga yang nyata di tangan bayi surgawi, menjadi surga fatamorgana yang menyilaukan.

Lihatlah apa yang dilakukan Abunawas. Dia khotbahkan bahwa dia dapat melihat surga dan bidadari di dalam topinya, dan hanya orang beriman dan bertaqwa yang dapat melihatnya. Hanya karena takut disebut tidak beriman dan tidak bertaqwa, tiba-tiba semua orang berteriak, betul, betul, saya dapat melihat surga beserta bidadari di dalam topi Abunawas. Abunawas tahu tidak ada apa-apa di dalam topinya selain daki yang menempel dan bau keringat, hanya itu.

Abunawas ngakak setengah mati, sambil bersedih di kedalaman jiwanya dan mengeluh, BETAPA KEMUNAFIKAN TELAH BEGITU LUAS MENYEBAR.

Orang-orang tidak perduli akan kebenaran, hanya karena takut dicap tidak beriman dan tidak bertaqwa,

Sangat tepat, seperti itulah kondisi sekarang.

Seperti iklan property, sold out. Kavlin sudah habis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun