Tahun 2016 akan kita kenang sebagai tahun demo, demo berjilid-jilid. Demo jilid ke-1 (411) tutup buku dengan kesimpulan Ahok jadi tersangka penistaan agama. Agak unik sedikit, demo jilid ke-2 (2511) canceled, langsung melompat ke demo jilid ke-3. Homo homini lupus, saya merasa asik mengikuti setiap jilid demo. Karena saya bukan warga DKI jadi peduli amat dengan semua kegaduhan itu (toh kalau saya peduli, emang apa yang bisa saya buat?).
‘1. Demo Jilid-1
Hasil langsung demo jilid-1, dan itu diakui langsung, adalah naiknya pendapatan harian pedagang asongan. Pendapatan saya 1 juta rupiah, kata penjual tahu dan tempe goreng. Penjual tahu dan tempe goreng itu bersimbiosis mutualisme dengan penjual minuman di sampingnya, saya berpenjualan sejuta limaratus ribu, kata penjual minuman. Dia tidak menyebut dalam rupiah, tapi pasti begitu. Mana pernah terjadi penjual minuman asongan berpenjualan sejuta limaratus ribu dolar sehari, ya kan?
Tetapi agak mengherankan, ternyata nilai penjualan pedagang rokok asongan juga melonjak naik. Pada even seperti ini, yang membawa-bawa agama, seharusnya rokok tidak laku. Rokok merusak tubuh, tubuh adalah karunia dan milik Allah, merokok berarti merusak tubuh, dosa.
Hasil langsung nomor dua  adalah tumpukan sampah, itu tidak masalah. DKI punya pasukan saber sampah, pasukan warna-warni, pasukan kuninglah dan entah warna apa lagi pasukan itu, bersaing dengan pelangi.
Hasil langsung lainnya, tetapi sifatnya sangat rahasia, rekening siapa yang makin gendut?.
Hasil tidak langsung, saya sebut tidak langsung karena diputuskan dua minggu setelah demo jilid-1, adalah Ahok ditetapkan menjadi tersangka penistaan agama.
Hasil yang samar-samar tetapi sangat potensial menimbulkan masalah di masa depan adalah, ternyata negara bisa ditekan dengan cara mengerahkan massa yang sangat banyak. Inilah hasil demo 411 yang paling berbahaya dan berpotensi menyebabkan desintegrasi, bubarnya NKRI.
‘2. Demo Jilid-3
Didukung oleh hasil demo jilid-1 bahwa negara bisa ditekan melalui pengerahan massa yang massif, kesempatan ini tidak boleh dibiarkan berlalu. Sayang demo jilid-2 canceled, daya tarik sinetron demo jadi berkurang. Saya gagal paham mengapa demo jilid-2 2511 harus batal. Semua pedagang asongan menjadi kesal dan menggerutu.
Ditopang oleh rasa percaya diri dari demo jilid-1, demo jilid-3 melompat ke tema agar Ahok segera ditangkap dan dipenjarakan, tema yang menarik. Sesungguhnya semua tau bahwa sidang pengadilan terhadap Ahok akan segera dimulai, tetapi seperti apa hasil sidang pengadilan sulit diduga. Tidak mungkin seorang professor alumni UGM yang juga doktor alumni Perguruan Tinggi AS tidak memahami bahwa pengadilan terhadap Ahok segera dimulai, tetapi ya itu tadi, hasil akhir tidak bisa diprediksi. Harus ada sesuatu untuk menggiring hasil pengadilan agar sesuai dengan keinginan, entah keinginan siapa.
Maka tekanan ke negara harus diberikan kembali, jika Jokowi tidak segera menangkap dan memenjarakan Ahok maka NKRI terancam bubar, kata professor itu tadi. Anda lihat, tesis saya bahwa NKRI bisa bubar mulai mendapat dukungan, dari seorang professor lagi. Saya tidak tau seberapa kuat professor ini mampu memberikan tekanan, tetapi tampaknya hanya sampai tingkat menggelikan. Maka tekanan lebih besar harus dibuat lagi, demo jilid-3 must go on. Asyiiiik … kami yang bukan warga DKI mendapat tontonan sinetron bergenre baru. Anak saya sih tetap bertahan pada tontonan kesayangannya, Upin dan Ipin.
Perlu diketahui, persengketaan Ahok ini telah menghasilkan banyak tulisan yang masuk kategori pilihan dan headline di kompasiana. gara-gara Ahok, motivasi kompasianer membuat tulisan melonjak tinggi. Jadi bermanfaat juga kan, Ahok telah menjadi motivator.
‘3. Siapa sih Ahok?
Yang pasti, Ahok tidak mengenal saya. Saya juga tidak mengenal Ahok, tetapi saya mendengar beberapa gosip tentang dia. Gosip ke-1 : sungai-sungai di Jakarta bersih karena Ahok, gosip ke-2 : ruang terbuka hijau di Jakarta makin luas dan tertata karena Ahok, Gosip ke-3 : situ di Jakarta yang dahulunya kumuh dan jorok, kini bersih dan bahkan menjadi tempat wisata lokal, katanya itu karena Ahok. Gosip ke-4 : Ahok membangun banyak infrastruktur, gosip ke-5: meski serapan anggaran lebih rendah dari gubernur sebelumnya, tetapi Ahok membangun lebih banyak. Gosip ke-6 : saya lihat sendiri, dulu teman yang pegawai pemda DKI berangkat ke kantor sesukanya saja. Kadang berangkat pkl 10.00 wib, ajaib sudah pulang pkl 14.00 wib. Sekarang teman itu berangkat pkl 05.00 wib subuh, pulang ke rumah pkl 18.00 WIB (karena macet). Karena saban hari saya lewat BKT (Banjir Kanal Timur), saya lihat sendiri pinggiran BKT itu menjadi tempat nyaman berolahraga pagi karena bersih dan asri. Maka ini tidak termasuk gosip, meski saya tidak tahu itu karena siapa, barangkali karena om Djarot ya.
Bukan ini yang membuat saya heran. Siapa atau seperti apa Ahok ini, saya pengen ketemu dan menguji nyali bersama dia, kok ya sebegitu besarnya ketakutan terhadap dia, sampai membuat orang-orang tidak sabar dan menahan nafas menunggu proses sidang, sampai ratusan ribu manusia harus dikerahkan menekan negara agar segera menangkap dan memenjarakan Ahok, sebegitu hebatkah Ahok?
Sebenarnya orang lain juga sering mengucapkan seperti yang diucapkan Ahok, ucapan yang membuat Ahok jadi tersangka, videonya bahkan beredar di medsos. Bahkan orang yang sama mengatakan Pancasila Sukarno di pantat, Pancasila Piagam Jakarta di kepala, tetapi hanya Ahok yang harus dilawan dan dipenjarakan. Itu membuktikan betapa besar pengaruh Ahok, betapa Ahok sangat ditakuti, sekaligus membuktikan betapa kecil pengaruh orang yang menghina Pancasila itu, orang yang dicuekin.
Saya jadi tertantang menguji nyali melawan Ahok ini, yaitu menelusuri sungai Ciliwung dari hulu sampai hilir, dengan sampan kayu. Katanya sungai Ciliwung sekarang lebih bersih dibanding zaman pak kumis Foke. Atau kalau Ahok bisa kungfu, aku ingin menantangnya dengan pencak silat di depan Balai Kota, atau di puncak Monas sekalian.
Siapa sih Ahok?, namanya menyita semua halaman di medsos, meski sedang menghadapi tuduhan penistaan agama tetapi foto-fotonya di medsos tetap cengengesan dan percaya diri, kok senyumnya tetap cerah sih, percaya diri banget ya. Jangan-jangan karena memang dia tidak bersalah.
Seandainya saya warga DKI, sangat ingin kutusuk matanya di bilik suara.
‘4. Demo Jilid-4 dan seterusnya
Melihat betapa hebatnya Ahok ini, saya menjadi yakin bahwa tidak cukup sampai demo jilid-3 untuk melawan dan menumbangkannya, harus ada demo jilid-4 dan jilid-jilid berikutnya, sampai Ahok tumbang terkapar, atau sampai Ahok diusir dari NKRI. Sebabnya, penjara tidak cukup untuk mengerangkeng seorang Ahok. Kuburan bagaimana?, itupun tidak cukup. Tan Malaka dulu berkata, dari liang kubur suaraku akan terdengar lebih lantang dan keras, dan ternyata Tan Malaka benar. Lagi pula kuburan bisa mengubah seseorang menjadi martir, martir itu sangat berbahaya.
Saya menduga, bukan Ahok yang hidup sekarang ini yang paling ditakuti, tetapi Ahok-Ahok yang akan lahir di masa depan, yang terinspirasi oleh Ahok yang hidup sekarang.
Satu Ahok sudah menjadi musuh besar, bayangkan jika ada seribu Ahok di NKRI ini, itu berarti kiamat bagi koruptor, kematian para mafia anggaran, kebinasaan mafia proyek, hancurnya dinasti keayahbundaan.
Wait and see, sinetron demo berjilid-jilid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H