Aku mengetahui bahwa pabrik tekstil itu membuang limbah langsung ke sungai, tanpa diolah terlebih dahulu. Sungai terkadang menjadi merah, di saat lainnya menjadi biru. Aku juga mengetahui bahwa sungai itu menjadi tumpuan hidup banyak orang, tempat mandi dan mencuci. Banyak anak-anak berenang di sana, di sungai yang berbau apek dan menghitam itu. Maka keputusanku adalah “tidak akan pernah membeli tekstil hasil produksi pabrik itu, meski itu pabrik lokal.
Aku mendengar kabar bahwa usaha pembuat sambal di Bekasi mendaur ulang sambal kedaluarsa, mengganti kemasan sehingga tampak seperti produk baru. Kesimpulanku, tidak akan pernah membeli sambal hasil usaha tersebut, meski itu usaha lokal.
Aku mendengar bahwa banyak perusahaan yang membayar buruh di bawah UMR, maka apa pun produk perusahaan itu tidak akan saya beli meski itu perusahaan lokal dalam negeri.
Usaha Pengalengan Buah yang memperlakukan buruh secara tidak manusiawi, jangan pernah membeli hasil produksinya, meski itu usaha dalam negeri.
Jangan pernah lagi membawa anak anda berobat ke RS yang terlibat distribusi vaksin palsu meskipun RS tersebut lokal. Lebih baik Anda mencintai anak Anda daripada mengutamakan produk lokal.
Perusahaan asuransi yang saat menagih premi begitu giat dan ngotot, giliran membayar klaim menjadi sangat dipersulit, tinggalkan saja. Meskipun itu perusahaan asuransi lokal. Kalau ada sales asuransi menawarkan polis ke saya, yang saya perhatikan adalah tulisan sangat kecil yang dibuat menjadi catatan kaki, padahal itu sangat penting dan merupakan hak pemegang polis, atau menjadi syarat utama pengajuan klaim. Kalau polisnya seperti itu, selamat jalan, polis seperti itu tidak akan pernah saya beli. Masak sih sesuatu yang sangat penting dicetak kecil-kecil begitu?
Dan seterusnya.
Lantas, apakah saya menjadi tidak nasionalis? Lantas, apakah saya tidak mencintai produk dalam negeri? Terserah. Tetapi saya katakan bahwa saya sangat amat sangat cinta produk dalam negeri dengan syarat bahwa produsen dalam negeri mencintaiku (sebagai konsumen) juga.
Perusahaan lokal yang peduli dan menjaga kebersihan lingkungan (udara, air, dan tanah), membayar gaji karyawan sebesar atau lebih besar dari UMR, memperlakukan karyawan sangat manusiawi, maka pasti saya lebih memilih produk hasil perusahaan itu, bahkan meskipun sedikit lebih mahal dari produk sejenis yang dibuat di negara lain.
Begitu saja seterusnya dan seterusnya.
Maka imbauan agar rakyat mencintai produk lokal adalah separuh imbauan. Separuh lagi adalah imbauan ke produsen lokal agar mencintai masyarakat konsumen, saling mencintai.
Begitulah kalau ingin kompetitif di dalam MEA, Masyarakat Ekonomi Asean.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H