Bapak Prabowo Subianto, pada masa kampanye pilpres yang sudah berlalu, menyebut terjadi kebocoran kekayaan Negara sampai 7000 triliun rupiah, maka banyak dari kita yang mengkerutkan kening dan heran, dari mana sumber angka sefantastis itu?. Saya juga heran dan merasa bahwa bapak ini berlebihan, hiperbolis, dan tanpa didukung oleh fakta. Termasuk juga bapak Hatta Rajasa (cawapresnya Prabowo) tidak bisa menjelaskan bagaimana atau matematika seperti apa yang menghasilkan angka kebocoran 7000 triliun rupiah itu.
Angka 7000 triliun itu astagaaaa ….kebocoran memang terasa ada tetapi betulkah mencapai jumlah sefantastis itu?
Tetapi kini, jika saja Prabowo menyebut angka kebocoran 1 juta triliun, menjadi mudah saya pahami dan akan saya amini. Karena ternyata yang bocor itu bukan hanya kekayaan yang digali dari perut bunda pertiwi seperti minyak, batubara, mineral tanah jarang, tembaga, besi, emas, dan lainnya. Bukan pula sekedar ikan-ikan yang dicuri dari perairan laut nusantara, dicuri oleh pihak nelayan negeri asing atau yang dicuri oleh mafia-mafia ikan yang berseliweran di Indonesia, bahkan ada mafia ikan sekaligus pejabat tinggi Negara atau Partai.
Semua kebocoran itu dapat dihitung, dengan matematika sederhana. Tak perlu harus memanggil ahli matematika untuk menghitung berapa rupiah kebocoran dari yang saya sebut di atas.
Prabowo ternyata sedang gelisah, kegelisahan itu adalah karena yang bocor itu bukan hanya kekayaan materil, tetapi terutama adalah kebocoran kekayaan moril, itu yang paling menggelisahkan. MASA DEPAN BANGSA INI, TERUTAMA MASA DEPAN GENERASI MUDA, BOOOOCCCCOOOOORRRRRRRRR.
Dimulai dari kebocoran soal UN tingkat SMA yang baru lewat. Bayangkan, sekian juta generasi muda yang menjadi tumpuan harapan di masa depan sedang dididik menjadi pecundang, dan itu sudah terjadi berungkali dan terulang terus menerus. Sekian juta generasi muda sedang dididik menjadi mafia, menjadi begal, menjadi koruptor, menjadi manusia pandir, loyo dan impoten.
Entah bagaimana, tidak masuk akal bagi manusia normal, soal UN diunduh ke internet dua hari sebelum diujikan. Coba, bukankah ini sebuah cara sistematis menghancurkan masa depan Negara ini?
Dan yang membuat saya sesak nafas, geram, kesal, ingin meninju hidung entah siapa, adalah respon dari pihak berwenang. Mereka bilang, kalau betul bocor maka UN diulang, oknum (sekali lagi mereka bilang hanya oknum) yang bersangkutan akan ditindak, hanya sekedar begitu saja, betul-betul respon kampret. Mustinya yang mereka sebut oknum itu dihukum rajam sampai mati, bangkainya dibuang menjadi makanan anjing kurap, setan itu.
Dan lihat jugalah. Tiga pabrik tahu di Depok, juga di Tangerang, yang sudah beroperasi puluhan tahun, ternyata memakai formalin. Jadi sudah sepuluh tahun lebih, tidak terhitung lagi berapa jumlah manusia yang dirusak, sebagian darinya adalah generasi muda harapan bangsa. Sebelumnya produsen kikil di grogol sudah digrebek. Berapa banyak murid-murid SD yang perutnya dijejali dengan pewarna pakaian dari jajanan di sekolah, gorengan yang digoreng bersama plastik.
Bakso itu nikmat dan disukai sangat banyak orang, lantas sudah berapa jumlah anak-anak generasi muda yang perutnya dijejali boraks yang dicampurkan ke bakso yang sangat digemari itu?. Bah, hitung juga jumlah perut generasi muda yang dijejali formalin dari ikan asin, ikan laut beku, dan dari minuman-minuman artificial yang diiklankan sangat heboh.
Bukankah formalin seharusnya tidak dijual bebas, dan harus ada ijin?
Kini, memakan brownies menjadi menakutkan, bisa jadi itu brownies ganja.
Entah bagaiman bisa terbit undangan ke siswa-siswi SMA yang baru usai UN, undangan melalui medsos, untuk PESTA BIKINI. Astagaaa ……generasi muda yang seperti apa yang sedang mereka bentuk?. Pendidikan hedonisme dan hura-hura, menjadi cara yang menyenangkan untuk menghancurkan masa depan bangsa ini.
Dan pemerintah, seperti biasa, tidak memiliki kemampuan melihat malapetaka di masa depan ini. Seperti biasa, pemerintah selalu lambat dan lamban, kegendutan dan bongsor.
Berapa ribu triliun nilai masa depan yang bocor ini? 7000 triliun menjadi nilai yang seupil saja. Ternyat itulah yang menggelisahkan bapak Prabowo, dan juga saya.
Jutaan siswa SMA yang baru usai menjalani UN, akan menjadi DPR, Hakim, Jaksa, Menteri, ketua atau pengurus Parpol, kepala daerah, kepala sekolah, kapolri, panglima TNI, Presiden, wakil Presiden, dan lain-lain.
“YANG SEPERTI APA?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H