Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bapak Menteri, Tolong Pendidikan Jangan Dirusak

27 Oktober 2014   17:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:34 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini momentum untuk menyampaikan ke Bapak Menteri Pendidikan yang baru, bahwa “pendidikan kita rusak adalah karena kita rusak, bukan karena kurikulum yang kurang bermutu, bukan karena fasilitas atau infrastruktur yang kurang memadai, bukan karena gedung sekolah yang ambruk, bukan karena laboratorium yang tidak memiliki peralatan riset, bukan ketiadaan jembatan menuju sekolah, bukan karena UN, bukan pula karena jaringan internet yang belum mencakup wilayah yang luas. Pendidikan rusak karena kita rusak, titik”.

Siapakah “kita” yang merusak pendidikan itu?, ya semua kita yang sudah dewasa, terutama kita yang bersekolah tinggi, terutama lagi kita yang memperoleh manfaat dari kerusakan itu.

Jika anda bersentuhan langsung dengan siswa, pasti dapat dan mudah menemukan murid yang nilai matematika di rapor angka 9 (skala 10) tetapi bahkan menjumlahkan ½ + 1/3 belum bisa. Murid yang nilai fisika di rapornya 9,5 tetapi tidak mampu mengkonversi satuan dari sentimeter ke meter, itu mudah ditemukan. Apa atau siapa dalang semua ini?.

Saat menjelang UN, orangtua sibuk mencari bocoran soal yang akan diujikan, guru sekolah sibuk melakukan uji-coba (try-out), oknum aparat sibuk menawarkan bocoran soal, hasilnya persentase kelulusan UN sangat tinggi dengan capain nilai rata-rata nasional di atas 9. Ajaib. Apa atau siapa dalang semua ini?

Bapak Menteri, tolong terlebih dahulu bapak luruskan ini. Mohon bapak tidak memfokuskan diri ke kurikulum, tetapi lebih fokus bagaimana caranya agar semua melakukan tugas dan peran masing-masing yang sesuai dan relevan.

Bapak membonceng anak naik motor tanpa helm, ketika ditangkap pak polisi terjadilah transaksi saling menguntungkan itu. Selembar duit duapuluhribuan berpindah tangan dan silahkan melanjutkan perjalanan, kata pak Polisi. Bukankah bapak itu sedang menghancurkan pendidikan anak yang diboncengnya itu?.

Pada skala yang lebih luas, perebutan kekuasaan di DPR itu adalah contoh sangat buruk bagi pendidikan.

Sangat banyak yang kita lakukan sebagai orang dewasa, yang menjadi contoh sangat buruk kepada anak-anak sekolah.

Kita orang dewasa inilah yang merusak anak-anak sekolah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun