Mohon tunggu...
Jonnattan
Jonnattan Mohon Tunggu... Lainnya - HAI

UAJY 2020

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Meresahkan, Perfilman Indonesia Dinilai Buruk, Benarkah?

19 Desember 2020   21:50 Diperbarui: 19 Desember 2020   21:56 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pemerintah bersikap permisif terhadap masuknya film dari negara lain dalam meningkatkan produksi film nasional. Kondisi ini sempat membuat industri film dalam negeri pada tahun 1950-an tertinggal jauh dengan industri film barat (Hollywood) dan India (Bollywood). Selain berkompetisi dengan film Hollywood, industri perfilman di Indonesia juga dihadapkan dengan masuknya DVD atau VCD bajakan dengan harga yang sangat terjangkau.. 

Maka dari itu, permasalahan ini berkaitan dengan kolusi aparat pada pihak pembajak film. Tidak hanya itu, industri perfilman dalam sektor perekonomian Indonesia mendapat ancaman sejak beberapa film nasional dihadapkan pada tayangan film gratis oleh stasiun televisi swasta sejak tahun 1990-an.

Sejak saat itu, industri perfilman Indonesia mulai memperbaiki kualitasnya sedikit demi sedikit. Walaupun dalam tahapan dan prosesnya masih ada pertentangan dan larangan dalam memproduksi sebuah film. Meskipun kini industri perfilman di Indonesia sedang menunjukan kualitasnya, namun masih terdapat beberapa tantangan menurut Fauzan Zidni, Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI). Fauzan beranggapan bahwa masih ada tiga masalah yang sedang dihadapi industri perfilman di negeri ini, antara lain :

  • Kurangnya sekolah perfilman di Indonesia yang menjadi penyebab kualitas profesi di bidang ini menurun
  • Akses dan fasilitas gedung bioskop yang kurang merata di berbagai daerah di Indonesia
  • Pembajakan film yang menyebar luas

Hal tersebut diakibatkan kurangnya pendidikan dan pengetahuan mengenai hak kekayaan intelektual di dalam dunia perfilman sebagaimana mestinya, sehingga kesadaran masyarakat dalam mendukung film – film tanah air juga berkurang.

Industri perfilman di Indonesia yang sedang dalam tahap perkembangan juga dapat mengancam pengusaha importir film dan menyebabkan terjadinya pertarungan bisnis antara pengusaha film asing dan film lokal. Ini merupakan salah satu tantangan yang harus diselesaikan oleh pemerintah untuk bergerak dalam menyebarluaskan pendidikan seputar perfilman diseluruh tanah air.

Dengan harapan, kondisi industri perfilman yang baik juga akan semakin berkembang, jika sumber dayanya sebagai sineas pada bidang film berfikir lebih kritis dan terbuka mengenai bagaimana meningkatkan kualitas film yang diproduksi agar mampu bersaing dengan industri perfilman internasional.

Kabar Baik Permasalahan

Namum dibalik semua sisi negatif yang sudah ada diatas, kita juga mempunyai berbagai keunggulan. Salah satunya dengan apa yang terjadi saat ini, produser dan perusahaan film di Indonesia berinisiatif untuk membuat karya – karya dengan genre yang berbeda. Ada berbagai macam film Indonesia yang tengah trending belakangan ini, seperti film Bucin karya Chandra Liow dan Story Of Kale yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko.

Di tahun sebelumnya, film – film Indonesia yang marah adalah film bergenre horror, akan tetapi semakin berkembangnya industri perfilman Indonesia, maka perlahan – lahan mencoba untuk mengenalkan penonton setia bioskop dengan hadirnya selebgram terkenal. Dimana, justru lebih menghasilkan banyak penggemar dari kalangan artis papan atasm selebriti tanah air, youtuber, sesama selebgram dan pastinya fans atau penggemar setia mereka dalam film – film tersebut.

Akan tetapi, dikarenakan maraknya pembajakan perfilman di Indonesia menjadikan sangat sulit untuk mengalami perkembangan. Sehingga anak – anak kreatif bangsa Indonesia, seperti Angga Dwimas sebagai sutradara film sekaligus mengeluarkan ide nya dengan membuat website tontonan film Indonesia yang ekslusif secara legal, yakni Bioskop Online.

Kemajuan ini merupakan hal yang positif di bidang ekonomi dan sumber daya. Bioskop Online dengan harganya yang lebih terjangkau berkisar Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00. Kelebihan lainnya dengan layanan streaming online iberbasis web itu banyak orang – orang pengangguran mendapat pekerjaan untuk mengurus hal – hal seputar website hingga mempromosikan website streaming tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun