Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpantun Sepekan, Satu Hari Satu Pantun

14 Juli 2024   09:11 Diperbarui: 14 Juli 2024   09:35 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantu pagi dan kopi. Foto: jonminofri

Reaksi teman beragam. Antara lain, penggemar pinjol ya? Banyak yang ngeledek juga: nasib banyak utang. Padahal hari Selasa sebelumnya banyak yang komen cie.. cie.. 


Jari luka tidak terasa

Berdarah karena tertusuk jarum

Gembira hati pagi selasa

Lihat kamu penuh senyum

Hari Senin pagi saya tak kirim pantun. Karena ada pekerjaan harus selesai. Saya tulis pantun sore. Kebetulan saat itu hujan. Sayangnya hujan turun bulan Juli. Andai saja ketika itu masih Juni, enaknya juga jika pantun dikaitkan dengan puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan Juni. Jadi pantun di bawah ini dipaksakan berasosiasi dengan Hujan Bulan Juni. 


Pekan kemarin ke cikini

Sempat beli nasi kebuli

Hujan senin sore ini

Menambah luka bulan juli


O, ya, lupa. Pantun itu saya kirim WAG yang saya aktif membacanya. Jadi ada saja komennya. Yang agak sering, mereka nulis: cakep, berpantun terus ya. 

Saya jawab begini. Di WAG tiap pagi banyak yang ngirim ucapan selamat pagi dengan stiker. Atau ada yang rajin mengirim doa. Pkl 6.00 doa sudah nongol. Saya memilih mengirim pantun tiap pagi sebagai pengganti ucapan selamat pagi. Atau, sebagai pertanda bahwa saya masih ada di WAG ini. 

Pagi ini saya senang sekali, karena patun saya dibalas pantun pula oleh dua penyair terkenal yang saya kagumi, yaitu Zawawi Imron dan Aspar Paturusi. Jadi kami berbalas pantun tentang kopi. Saya tidak tulis pantun mereka di sini karena saya belum minta izin. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun