Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jabir Jadi Jubir Rumi di Indonesia

1 Juli 2024   09:37 Diperbarui: 1 Juli 2024   09:55 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Muhammad Nur Jabir tidak bisa dipisahkan dari Maulana Jalaluddin Rumi di Indonesia. Di mana ada Jabir, di situ Rumi hadir sebagai pokok pembicaraan.  Jabir dan Rumi bisa dikatakan sama-sama seorang yang sangat tertarik pada filsafat.

Di podcast, Jabir bicara tentang Rumi. Tulisannya bertebaran di internet membahas Rumi. Obrolan dengan komunitas, termasuk dengan anak muda, pokok bahasannya, ya, soal Rumi juga. 

Pantas rasanya Jabir disebut juru bicara Rumi di Indonesia. Dia fasih bicara perihal Rumi sejak masa kecil hingga masa dewasanya.

Jabir  bercerita tentang Rumi, seolah-olah Rumi itu sahabat karibnya masa lalu. Dia bercerita seperti mengisahkan mantannya yang telah tiada. Lengkap dengan kegembiraannya. Dan, detail.

foto: jonminofri
foto: jonminofri

Jabir dulu sempat lari dari agama. Ateis. Dan belum suka sastra. Lalu kembali ke agama setelah bertemu filsafat Islam, Ibn Arabi. Kemudian jatuh perhatian penuh pada Jalaluddin Rumi. Secara kafah. 

Sekarang Jabir sudah bergelut dengan satra, ya, karena Rumi. Rumi itu bagian dari sastra. Karena itu, orang banyak mengelompokkan Rumi dan Khalil Gibran dalam satu kotak, walaupun mereka hidup di zaman yang berbeda. Semua orang yang menaruh perhatian sastra bisa dipastikan mengenal Rumi, sebagaimana mereka juga mengenal Khalil Gibran.

Jabir mendirikan Rumi Institute, dan jadi direktur  hingga sekarang. Dia menerjemahkan karya besar Rumi Matsnawi 6 jilid ke dalam bahasa Indonesia. Baru selesai 3 jilid. Buku pertama total 305 halaman, berisi 4003 bait. Buku ketiga berisi 4810 bait. Satu buku, Jabir membutuhkan waktu satu tahun untuk menerjemahkan satu jilid. Jadi agar selesai menerjemahkan 6 jilid itu, Jabir butuh waktu sekitar 6 tahun.

Dosen filsafat ini bekerja keras dalam menerjemahkan matsnawi dari bahasa aslinya, Bahasa Persia. Semua penerjemah karya Rumi berusaha keras belajar bahasa Persia. Begitu juga yang dilakukan oleh penerjemah Rumi dari Barat. Jabir sendiri menguasai bahasa Persia setelah belajar 6 tahun, "Cita-cita saya dalam waktu dekat menerjemahkan 6 jilid Matsnawi," katanya. 

Rumi sendiri menyelesaikan bukunya 6 jilid selama 15 tahun. Total 25.567 bait. Kata Jabir, dia sangat bersemangat menerjemahkan Matsnawi karena selalu menemukan hal yang baru dalam bait-bait Rumi.

Jalaluddin Rumi muda dididik oleh ayahnya sendiri, seorang sufi. Setelah ayahnya wafat, peran guru digantikan oleh murid ayahnya. Jadi, masih satu aliran.

Pada usia 25 tahun, Rumi sudah menjadi Sufi juga, dan ulama yang disegani. Kepintarannya diakui oleh ulama setempat. Dan sudah masuk kelompok ulama yang mampu mengeluarkan fatwa. 

Rumi makin hebat setelah bertemu seorang darwis pada usia 40 tahun. Darwis adalah sebutan untuk ulama zaman itu yang berpenampilan nya seperti gembel tetapi mempunyai ilmu yang dalam dan luas. Darwis ini yang membuat Rumi semakin matang dalam berfilsafat.

Jabir masih akan melanjutkan belajar tentang Rumi. Dia mempunyai relasi dekat dengan pengagum Rumi lainnya. Sehingga dia tahu siapa yang sedang menerjemahkan buku Rumi lakinya. 

foto  jonminofri
foto  jonminofri

Selain buku Matsnawi ini, Jabir telah menulis buku mungil tapi dalam  "Perempuan Perspektif Tasawuf ". Buku ini menegaskan bahwa Islam tidak membedakan perempuan dan laki-laki. Sejak dulu, Islam tidak mengenal perjuangan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Substansi laki-laki dan perempuan itu adalah pada ruh. Sedangkan ruh, tidak ada yang perempuan dan tidak ada yang lak-laki. Laki-laki dan perempuan itu hanya tubuh. Tapi ruhnya sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun