Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Presiden AS Masa Depan dan Mr Data Star Trek

30 Juni 2024   22:14 Diperbarui: 30 Juni 2024   22:20 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Pemimpin yang didambakan sekarang adalah orang yang bisa memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi negaranya. Sedangkan apa yang dihadapi negara juga bergeser, bukan saja soal pengangguran, inflasi, GDP, pertumbuhan ekonomi tinggi, dan sejenisnya. Sebab apa yang terjadi di dalam negeri banyak dipengaruhi oleh variabel yang datang dari negara tetangga, dan negara lainnya.

Jika kekurangan sumber ekonomi, negara tidak bisa lagi  menyerang negara lain untuk memperkuat ekonomi dalam negeri, seperti era sebelum perang dunia II.

Penyerbuan ke negara lain dianggap tidak beradab saat ini. Bahkan bisa dianggap melakukan genosida seperti perlakuan Israel terhadap Palestina. Apa yang dilakukan oleh Israel itu kuno dan tidak beradab karena sekarang sudah abad 21. Manusia modern tidak bisa lagi menerima menyerang negara lain.

Negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengatasi persoalan ekonomi mereka, misalnya. Negara yang tidak punya sumber daya mengandalkan menjual jasa, seperti Singapura. Negara yang mempuyai banyak sumber alam, meningkatkan value added produknya dan mengekspor ke negara lain dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi seperti dilakukan oleh Cina, dan kini Indonesia.

Jadi, yang disebut kepala negara atau presiden  itu adalah orang yang bisa memimpin negara dalam dunia yang sedang berubah ini. Orang yang mempunyai banyak data di kepalanya dan mengambil keputusan dengan cepat. Jadi, fungsinya bukan lagi menjadi orang yang paling berkuasa di suatu negara. Sebab, kekuasaannya juga sudah dibatasi oleh berbagai undang-undang.

Nah, dalam dunia bisnis, orang seperti ini disebut manager. Ya, manager, fungsinya adalah meningkatkan laba perusahaan  dari tahun ke tahun. Artinya, tugasnya mengembangkan usaha menjadi sebesar-besarnya. Dalam hal negara, meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan segala cara,  dengan batasan undang-undang yang disetujui rakyat.

Tempo hari, Ahok pernah mengungkapkan  jabatan gubernur DKI itu hanya sebagai manager, Dia mengatakan itu ketika masih bertanding melawan Anies Baswedan menuju kursi DKI 1. Jadi, jika gagal pun terpilih dia tidak akan merana. Dalam bayangan Ahok, gagal jadi gubernur itu  mungkin seperti seorang CEO yang gagal memimpin perusahaan lalu diganti saat RUPS.

Persepsi Amerika terhadap jabatan presiden juga sudah bergeser. Presiden itu hanya jabatan manajerial di sebuah perusahaan raksasa yang bernama negara. Para manager sejati, mungkin tidak tertarik menjadi presiden, sebab bagi mereka lebih menyenangkan jadi manager di perusahaan besar. Gajinya lebih besar. Hal-hal lain yang menjadi keistimewaan presiden bisa didapatkan dari uang yang dimilikinya: popularitas, suaranya mudah viral di media sosial menembus batas negara. Bahkan jika manajer ini sangat besar pengaruhnya, presiden pun bisa tunduk kepadanya.

Jadi, Amerika adalah contoh negara yang jabatan presiden tidak diperebutkan lagi dengan darah, dengan menonjolkan ideologi, dengan memperjuangkan kaum tertindas, dengan SARA, dan sebagainya. Sebab, bagi mereka presiden adalah manajer dari organisasi besar, mengelola yang negara dalam jumlah raksasa juga. .

Dengan begitu, saya menduga suatu saat, para manajer itu akan digantikan oleh robot yang digerakkan oleh artificial intelligence. Seperti kita pahami, robot berasal dari kaum yang bisa berpikir cepat, hasil akurat, dan prosedur tepat. Tidak berpihak, dan tiak mempunyai kepentingan pribadi. Juga tidak bisa meledak-ledak marah meminta menyerang negara lain, karena robot tidak mempunyai rasa kebencian.

Robot cerdas ini akan mengambil keputusan lebih hebat dengan mempertimbangkan banyak variabel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun