Syarat minimal lain adalah tentang sumber berita: bahwa sumber berita yang dikutip reporter adalah orang yang tepat. Tepat artinya, dia berkompeten tentang hal yang dikatakannya atau dia seorang ahli di bidangnya. Ahli itu bisa dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman di bidangnya, pengakuan dari teman sejawat yang memang berkecimpung dalam bidang yang sama. Seorang yang ahli memang tidak semuanya dihasilkan oleh pendidikannya, tetapi bisa juga rekam jejaknya yang panjang menekuni suatu bidang, sehingga teman sejawatnya yang menekuni bidang itu mengakui keahliannya.
Narasumber dalam 42 berita itu tidak ada satu pun yang yang ahli tentang BPA, atau ahli mikrobiologi, atau peneliti di bidang yang terkait dengan BPA, plastik, kemasan, dan lain sejenisnya. Bahkan badan resmi yang berwenang soal ini telah mengeluarkan pernyataan bahwa kemasan guna ulang aman untuk kesehatan manusia, termasuk untuk ibu hamil.
Syarat kelayakan berita lainnya adalah kejelasan dan kelengkapan informasi yang disajikan agar pemahaman pembaca tidak tersesat. Apalagi pada berita yang sensitif, kejelasan berita sangat penting. Misalnya, pada beberapa berita tentang BPA ini disebutkan bahwa PBA berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi bayi dan ibu hamil. Tentu saja berita ini perlu diperjelas. Misalnya, kalau memang berbahaya pada kondisi seperti apa BPA itu berbahaya pada bayi dan ibu hamil. Jika menurut penelitian (seperti dikemukakan oleh BPOM) bahwa tidak terjadi migrasi BPA pada Kemasan Guna Ulang pada air di dalamnya, apakah masih disebut berbahaya? Tentu saja BPA ini berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
Jika dikatakan BPA berbahaya saja, ya, tentu saja benar, jika BPA itu dikonsumsi secara langsung dalam volume besar, di atas kadar aman yang ditentukan oleh para ahli.
Nah, saya kira reporter harus benar-benar selektif dalam memuat berita tentang hal-hal yang yang dia tidak paham, Check and recheck harus selalu dilakukan. Apalagi sumber berita sudah membantah bahwa dia tidak mengatakan seperti dimuat di sebuah media, mestinya, berita yang sama jangan dimuat lagi di media mana pun. Sebab, jika dimuat juga, artinya, media tersebut telah menyebarkan berita bohong, menyebarkan hoax, dan memutarbalikkan fakta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H