Ubah aplikasi agar pengemudi dan penumpang bisa memilih tarif sesuai dengan yang diinginkannya.Â
Pemerintah, pemilik aplikasi, dan mitra ojol (Ojek online) belum menemukan kata sepakat dalam menentukan tarif. Semua mempunyai argumentasi yang kuat mempertahankan usulan tarif yang mereka ajukan. Semua pihak bertahan demi kantongnya masing-masing. Sayangnya, mereka tidak melihatkan konsumen dalam menentukan tarif ini.
Pengemudia Ojol --yang diwakili oleh perwakilan asosiasi pengemudi ojol-- menginginakn tarif Rp3000 per km. tarif ini dinilai tinggi oleh pemilik aplikasi dan pemerintah. Kekhawatiran pemilik aplikasi adalah konsumen akan lari dari penggunaan ojol (dan kembali ke ojek pangkalan?) karena tarif dinilai terlalu mahal.
Pemilik aplikasi menginginkan tarif yang murah, yaotu Rp 1.600 per km, seperti sekarang. Menurut hitung-hitungan mereka, tarif sekarang disukai oleh konsumen dan tetap memberikan pendapatan memadai bagi pengemudi ojol. Tentu saja para mitra ---istilah untuk pengemudi ojol--- tidak menerima alasan ini. Bagi mereka overhead untuk mengoperasikan ojol tinggi, tidak bisa ditutup dengan penghasilan jika tarif Rp1.600. Kata mereka, penyusutan kendaraan, bensin (katanya mereka tidak menggunakan premium, bahan bakar minyak paling murah, demi masa pakai sepeda motor agar lebih panjang). Alasan mereka cukup kuat.
Semua pihak mempunyai alasan yang bagus dan kuat. Jika semua bertahan dengan pendapat masing-masing, sampai kapan pun tidak akan terjadi kesepakatan. Kecuali pemerintah tegas mengetok palu: tarif ojol sekian per km. Tidak ada perdebatan dulu. Tarif akan ditinjau tahun depan.
Tapi pemerintah juga tidak bisa setegas itu. Ini urusan perasaan dan urusan ekonomi. Apalagi saat ini, penetapan tarif ojol ini bisa menjadi urusan politik. Bila pemerintah salah mengambil kebijakan, bisa jadi pengemudi akan dirayu pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menentang pemerintah. Repot.
Bagaimana jalan keluarnya?
Saya mencoba memberikan jalan keluar yang membuat semua hepi. Termasuk membuat hepi konsumen. Catatan: saya tidak tahu apakah selama ini dalam menentukan tarif ini pemerintah juga mendengarkan pendapat konsumen? Mungkin pernah melalui survei.
Tapi, anggap saja saya mewakili konsumen.
Selama ini, peranan pemilik aplikasi banyak sekali dalam nenentukan tarif. Jika permintaan naik di suatu lokasi, aplikasi yang mereka bikin otomatis menaikan tarif. Di saat begini, pengemudi akan senang, sebab pendapatan mereka naik. Tapi masih ada "tapinya" bagi pengemudi. Biasanya pada situasi seperti ini, jalanan macet. Akibatnya, waktu yang mereka butuhkan untuk mengantar penumpang menjadi lebih lama.
Karena itu, saya mengusulkan tarif mengikuti pasar sekaligus mengikuti perasaan si pengemudi dan si penumang. Jadi, kongkritnya saya mengusulkan kepada pemerintah dan pemilik aplikasi membuat tarif pilihan pada aplikasi. Jadi, pengemudi boleh memasang tarif per jamnya, begitu juga penumpang.