Selain itu, menurut saya ironis jika seorang Anies Baswedan memilih Jakarta dalam memulai karir pejabat daerahnya. Seperti yang saya sebut di atas, Anies memotori Gerakan Indonesia Mengajar karena ia sadar betapa pincangnya kualitas kehidupan di daerah-daerah dibandingkan dengan di kota besar Indonesia. Nah, jika mau sesuai dengan prinsip, bukannya harusnya Anies memulai karir sebagai penjabat daerah dari daerah terpencil terlebih dahulu?
Kenapa malah memulainya di kota terbesar di Indonesia? Sangat ironis bukan? Dalam hal ini Ahok jauh mengalahkan Anies Baswedan. Ahok sudah makan garam ketika ia menjadi Bupati Belitung Timur, kampung halamannya. Ya, Ahok memulai karir politiknya seagai pejabat daerah dengan sangat realistis yaitu dari halaman belakang rumahnya sendiri, lalu berkembang ke tempat yang lebih besar. Fondasi karir ini sangat kuat dan matang, harusnya Anies mengikuti jejak Ahok dalam hal ini.
Harus kita akui, sikap PHP yang diberikan oleh PDIP kepada “Koalisi Kekeluargaan” membuat banyak pihak kebakaran jenggot dan akhirnya mengambil keputusan dengan terburu-buru dan tidak matang. Politik memang sangat fluktuatif dan tidak bisa diprediksi. Sampai sekarang saya tidak melihat sosok Anies Baswedan punya values yang dimiliki seorang pemenang dalam pertarungan Pilgub Jakarta 2017 ini. Apakah Gerindra dan PKS lagi-lagi hanya akan menjual slogan “Asal Bukan Ahok”? Dengan berat hati harus saya katakan, Anies hanya akan menjadi pemanis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H