Seperti kita tahu dari pengalaman pemilihan-pemilihan sebelumnya ada saja black campaign yang muncul dan membingungkan serta meresahkan masyarakat. Jadi sebelum black campaign itu terjadi lebih baik kita lebih tahu terlebih dahulu. Ahok dalam Pilgub 2017 pasti akan jadi sasaran empuk black campaign. Jadilah warga yang cerdas dalam memilih. Silahkan baca poin-poin berikut yang kemungkinan besar akan jadi combat-kit pendukung Cagub koalisi A.B.A (Asal Bukan Ahok).
1. Ahok itu cina/non-pribumi, gak mungkin dia mikirin Indonesia.
Jawab: Orang Tionghoa sudah ada di Indonesia sejak ribuan tahun. Kerajaan Jawa sudah disebut di catatan agamawan pengembara seperti Fa Hien (Abad ke-4). Tokoh tionghoa dalam sejarah Indonesia sangat banyak dan berandil besar, segelintir di antaranya adalah:
* Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming yang menyebarkan Islam di Indonesia pada abad ke-15. Banyak awak kapalnya yang akhirnya menikahi warga lokal;
* Raja Kerajaan Islam Demak, Raden Patah alias Jin Bun;
* Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia, salah satunya pahlawan nasional Indonesia John Lie;
* Para olahragawan yang telah mengharumkan nama Indonesia, dari Rudi Hartono (juara 8 kali All-England); Chris John (Mantan Juara Bertahan Dunia Tinju WBA 18 kali); Alan Budikusuma & Susi Susanti (Peraih Medali Emas pertama Indonesia di Olimpiade) dan para pemenang medali olimpiade lainnya hingga yang terakhir tahun 2016 Liliyana Natsir;
* Para pelajar pemenang medali Olimpiade Sains Dunia, per 2016 tercatat ada 15 keturunan tionghoa;
* Henk Ngantung, Seniman & Gubernur Jakarta ke-7.
Apakah orang-orang yang telah mengharumkan nama Indonesia ini semuanya diragukan nasionalismenya? Mereka semata-mata berprestasi untuk Cina dan tidak memikirkan Indonesia? Kita tidak bisa lahir memilih sebagai keturunan apa, itu takdir Tuhan. Lahir dan besar di Indonesia, apakah itu masih belum cukup keindonesiaannya?
2. Ahok pengkhianat, keluar dari Gerindra, kacang lupa kulit
Jawab: Partai Politik dan kader itu hubungannya setara, bukan tuan dan budak. Kalau tuan memerintahkan sesuatu yang melanggar hati nurani, budak harus ikut tanpa protes. Di negara demokratis tidak begitu. Gerindra yang berganti halauan ketika mendukung RUU Pemilihan Kepala Daerah secara tidak langsung. Itu tidak sesuai dengan prinsip dan hati nurani Ahok, makanya ia keluar. Jadi siapa yang berkhianat duluan?
3. Ahok pembohong dan tidak konsisten, bilangnya mau independen akhirnya ikut partai politik
Jawab: Ketika Ahok keluar dari Gerindra, tiap hari Ahok dimusuhi oleh para partai politik hingga DPRD ramai-ramai tanda tangan Hak Angket menentang Ahok. Nasdem yang pertama kali mendukung Ahok juga sempat anggota DPRDnya ikut tanda tangan sebelum di-veto oleh Surya Paloh. Jadi wajar saja Ahok ketika itu sadar tidak akan ada partai politik yang akan mengusungnya jadi Cagub 2017. Teman Ahok inisiatif mengumpulkan 1 juta KTP untuk Ahok. Nah di sini lucunya, ketika kelihatan begitu banyak KTP terkumpul mendukung Ahok, para partai politik ramai-ramai melihat Ahok sebagai barang seksi untuk memenangkan Pilgub 2017. Sampai titik ini Ahok masih fix independen.
Titik baliknya adalah Revisi UU Pilkada yang absurd, syarat calon independen jadi super sulit, yaitu verifikasi faktual hasil KTP. Kalau tidak ada di rumah langsung dicoret. Tidak peduli lagi kerja, sekolah, lagi dirawat di rumah sakit, di luar kota/negeri, lagi beli pulsa, langsung coret. Kesempatan terakhir adalah datang langsung ke PPS dalam kurun waktu singkat. Apa semua orang bisa begitu? Karena sadar akan syarat super berat ini akhirnya Ahok + Teman Ahok ikhlas untuk realistis ikut partai politik. Jadi yang tidak konsisten adalah yang merevisi UU Pilkada untuk independen itu.
4. Ahok tidak santun, marah-marah terus tidak seperti pejabat lainnya
Jawab: Apa iya? Berapa kali di TV kita bisa melihat Bu Risma (Walikota Surabaya) marah luar biasa melihat kinerja anak buahnya yang tidak becus. Kata “jancuk” pun sudah tak terhitung berapa banyak yang keluar dari mulutnya. Ali Sadikin yang dipandang sebagai Gubernur Jakarta Super dari masa lalu dan sering didewakan Rizal Ramli dan tokoh lainnya juga tidak kalah kontroversial, bahkan jauh di atas Ahok. Ali Sadikin melegalisasi Judi dan Prostitusi, dan malah menyuruh ulama dan kiai yang menentangnya naik helikopter saja karena jalanan Jakarta dibangun dari duit haram itu. Ali Sadikin juga pernah menampar anak buahnya yang tidak becus kerja bahkan direktur perusahaan kontraktor yang wanprestasi.
Intinya adalah siapapun yang melihat suatu yang tidak benar dan marah itu wajar-wajar saja. Indonesia sudah jenuh dengan orang-orang yang manis di luar tapi busuk di dalam.
5. Ahok beraninya gusur rakyat kecil, sama orang kaya gak berani
Jawab: Ahok memang banyak sekali menggusur bangunan liar yang ada di jalur hijau dan sepanjang inspeksi sungai untuk normalisasi kali. Warga yang tinggal di bangunan liar dan tanah liar ini hidup dengan tidak sehat dan kumuh. Ahok merelokasinya ke Rumah Susun yang jauh lebih manusiawi. Banyak yang protes karena harus bayar 300 ribu untuk service charge. Padahal kalau dipikir, Anda ngekos di Jakarta 300 ribu seperti apa tempat yang Anda dapatkan? Berapa meter persegi luasnya? Ada kamar mandi dalam? Ada lift-nya? Ada pemandangan dari lantai 10? Ada saluran gas dan air? Ada tamannya?
Ahok juga menindak tegas pengusaha, segelintir di antaranya:
* Diskotik stadium ditutup karena kasus narkoba, padahal pemiliknya notabene masih tetangga Ahok;
* Proyek Agung Sedayu seperti The Mansion kemayoran dibongkar karena kelebihan 2 lantai, serta Marketing Office Fatmawati City Center;
* RS Menteng Mitra Afia ditutup karena tak penuhi syarat beroperasi dan rawan malpraktik;
* Mall Tebet Green disegel permanen karena tidak ada Sertifikat Laik Fungsi;
* Ahok menggusur deretan ruko liar yang salah satunya milik tantenya, adiknya, serta tetangganya hingga diprotes keras oleh istrinya sendiri. Ahok hanya menjawab, "Mereka harusnya bersyukur kepada Pemerintah DKI. Sudah untung puluhan tahun meski melanggar, tidak ditindak dan digugat.";
Selain itu Ahok juga membongkar Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) di Jatinegara karena tidak berizin, dulunya rumah tinggal beralihfungsi menjadi tempat ibadah.
6. Ahok korupsi dalam kasus Sumber Waras!
Jawab: Singkatnya, kasus Sumber Waras muncul karena ada perbedaan harga NJOP versi BPK (7 juta) berpatok jl. Tomang Utara dan Pemprov DKI (20 juta) berpatok jl. Kyai Tapa. Karena itu ada tuduhan bawa negara rugi ratusan miliar. Wakil Ketua KPK pun menyatakan, “Kami harus yakin betul di dalam kejadian itu ada niat jahat (mens rea). Kalau hanya kesalahan prosedur, tetapi tidak ada niat jahat, ya susah juga,".
Banyak Ahok haters yang menggoreng kasus ini, hingga Ratna Sarumpaet menuduh Ahok sudah membeli tentara, kepolisian, hingga KPK. Lucunya, Presiden pun tidak bisa membeli KPK. Ingat besan SBY Aulia Pohan yang dicokok KPK? Silahkan Anda sendiri yang menilai.
7. Ahok reklamasi teluk Jakarta untuk pengembang, bukan masyarakat luas
Jawab: Pertama-tama, reklamasi sudah terjadi sejak lama di berbagai negara: Belanda, Hong Kong, Singapura, Dubai, dan lain lain. Sebenarnya, Taman Impian Jaya Ancol yang didatangi jutaan warga, cakung, cilincing, pluit, muara angke sebenarnya adalah reklamasi yang terjadi dari zaman Ali Sadikin. Intinya reklamasi bukan hal baru dan terjadi dimana-mana, kenapa baru heboh sekarang?
Apakah reklamasi merusak lingkungan? Jawabnya iya. Apapun yang manusia bangun di atas bumi ini merusak lingkungan. Rumah yang Anda tinggali dengan fondasi beton itu merusak lingkungan. Jalanan yang diaspal itu merusak lingkungan. Air yang harusnya mudah menyerap ke tanah jadi sulit. Tanah yang harusnya bisa tumbuh pohon jadi tumbuh beton. Sama halnya di laut maupun di darat.
Masalahnya, laut teluk Jakarta itu tidak seperti Laut Bunaken yang melimpah dengan biota laut dan berbagai terumbu karang yang adiwarna. Teluk Jakarta itu comberan! Hitam, bau, dan kotor. Teluk Jakarta adalah tempat sampah akhir kali-kali tercemar yang terus menumpuk selama puluhan atau mungkin ratusan tahun. Bullshit kalau ada nelayan yang bisa melaut di teluk Jakarta, kecuali mencari ikan mutan dengan kandungan logam berat tinggi. Kalau tak percaya coba saja Anda sendiri yang nyemplung ke dalam teluk Jakarta.
Intinya, tidak ada “lingkungan” tersisa yang dapat dirusak di teluk Jakarta karena memang sudah hancur. Giant Sea Wall yang jadi proyek jangka panjang sudah searah dengan yang dilakukan negeri Belanda yang tanpa tanggul raksasa miliknya 50% wilayahnya akan banjir tergenang air. Terserah Anda mau percaya teori ini, itu, atau fakta nyata yang sudah terjadi dan terbukti.
P.S. Tulisan ini bukan dibuat oleh Teman Ahok atau pihak politik manapun. Hanya warga Jakarta biasa yang peduli dengan kota tercintanya. Sebarkanlah ke teman dan orang-orang terdekat Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H