Alasan menulis hal ini, kesaksian!
Mengapa saya menulis & buat sendiri tepung ini? Seseorang memberikan kesaksiannya kepada saya beberapa hari lalu ketika saya bersilaturahmi tahun baru 2023 ke rumahnya di Labuan Bajo, Komodo, Bapak Mikael Mensen. Dalam rumpun keluarga besar kami, saya menyapa bliau sebagai "kakak". Usianya 60an tahun. Penghormatan kepada leluhurnya sangat melekat.Â
Ia bercerita. Salah satu anggota keluarga besar sakit maag 3(tiga) tahun lalu. Waktu itu saya masih berada di Bali. Periksa ke dokter ahli rumah sakit, diketahui ususnya luka parah stadium akir. Hanya makan bubur 1 sendok dan minum air 1 sendok. Infus sudah tak bisa serap lagi ke tubuh. Akirnya RS menyerah, pasien pulang ke rumahnya, tunggu hari kematian.Â
Usianya baru 35 tahun, beristri dan baru punya 2 anak kecil. Semua anggota keluarga datang laat (bahasa Manggarai, "berkunjung sambil bawa ayam kepada orang sekarat). Pamannya juga datang, Bpk Mikael Mensen ini.Â
Ayam itu, filosofi adat budayanya adalah ayam penyerta pengantar jenazah menuju kuburannya nanti, apalagi anggota keluarga jauh tadi berhalangan hadir saat pemakaman. Yah, dalam adat budaya juga, kunjungan anggota keluarga itu sesungguhnya sebagai kepedulian, "ker nai", berdoa berteriak panggil lagi jiwa si sakit yang sudah semakin menjauh dari tubuh sakit sakratulmaut itu. Ya, kunjungan terakir sebelum yang bersangkutan meninggal.
Pamannya, Bpk Mikael Mensen, sesampainya di rumah, berdoa kepada Tuhan, singkat saja, "Tuhan, perintahkan leluhur kami untuk bawa obat yang dulu pernah mereka gunakan semasih hidup. Jika tidak, maka Tuhan tidak mengasihi ponakan muda saya ini. Ah, kami semua, apalagi istri & anaknya merasakan ketidakadilan ini ".
Leluhur dalam mimpi
Lalu paman itu tidur. Bermimpi. Tampak Leluhurnya datang, berkata begini, "kau ambil satu tandan pisang kepok di pohonnya, ambil semua buahnya jangan satupun dibuang, dikupas kulitnya, dikeringkan, dibikin jadi tepung, kasi ponakan itu, minum 2 sendok full pagi dan malam sebelum makan". Setelah Leluhur berkata begitu, ia sadar.
Esok paginya ia mencari pisang itu di kebun. Dia olah jadi tepung, tak ada satu bijipun tersisa. Setelah jadi, ia membawa kepada ponakannya yang sudah tak dapat bicara. Istrinya, ayah & Ibu kandungan menangis tak henti. Ia cerita mimpinya, dan kini membawa tepung pisang kepok itu. Ah, setelah ponakan itu minum tepung pisang kepok 3 hari, iapun minta makan. Hari makin hari tambah pulih. Semua ayam yang dibawa oleh sanak keluarga sebelumnya, tiap hari dipotong untuk dia makan. Sehat ! Dada, paha, hati & rempelo ayam dia lahan semua, baik dengan cara rebus, goreng maupun dipanggang. Sedangkan anak dan istri cukup makan sayap, leher dan usus ayam. Cepat sehatnya !
Seperti mukjizat