Mohon tunggu...
Jon Kadis
Jon Kadis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hobby baca, tulis opini hukum dan politik, sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mental Kemiskinan, Selamat Tinggal!

29 Juli 2022   10:36 Diperbarui: 29 Juli 2022   10:39 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah mengikuti sebuah acara syukuran pribadi keluarga seorang anak muda di Labuan Bajo. Ia melakukan hajatan itu karena barusan diwisuda lulus dari kampus Politeknik di Labuan Bajo. Ia bahagia. Kebahagiannya itu dirayakannya dengan mengundang relasi & sahabat dekat. Saya berterimakasih karena saya termasuk di dalamnya. Ia menyampaikan kesan dalam sambutan singkat.

Saya mendengar serius, karena dalam layar medsos facebook dan pod cast yang saya pantau dan baca selama ini, saya berkesimpulan bahwa dia adalah salah satu generasi penerus yang bisa mengarungi perubahan lebih maju di kawasan super premium. Salah satu dari side bisnis dia adalah pelaku pariwisata, guide ber-lisensi, bahasa Inggris. Juga konten youtube, Pod Cast. Dalam sambutannya ia bersharing pengalaman masa kecil sebagai putra petani getir "dempul wuku tela toni" (petani serius, bahasa Manggarai) di kampung. Ia sampaikan itu dengan titik air mata.

Apa yang disampaikannya? Adalah merombak mental kemiskinan. Perombakan pada dirinya dan ia mulai berada di ruang perubahan.

Selanjutnya ia berkata : Ada orang cerdas, melihat peluang, tapi karena mental miskin maka ia tidak mempunyai keberanian untuk keluar dari area kemiskinan. Mental ini progresif mengeritik orang sukses yang disebut 'orang kaya', hal mana tidak disadarinya sebagai garis pembatas dibuat sendiri. Sebetulnya ia kaya atau berpotensi untuk sukses, tapi karena mental miskin, maka ia tetap miskin. Mental miskin ini harus dirombak. Dan saya sudah merombaknya dalam diri saya. Saya taruh di bawah telapak kaki itu mental miskin, saya injak sampai hancur oke one wae laun terus nggersili tacik (buang jauh ke laut, bahasa daerah Manggarai). Selamat tinggal mental miskin".

Saya tertegun. Kemudian seorang undangan sahabat seniornya, yang saya kenal, DR. Bernadus Barat Daya, S.H, MH, menyampaikan sambutan singkat dengan kata-kata "I am proud of you, you are man of the Change. Anda salah satu dari sekian putera Manggarai Barat yang kami banggakan sebagai generasi yang dapat mengisi perubahan dan mengelola perubahan. Selamat berbahagia, semoga ke depannya selalu sehat, sukses dan bahagia".

Sebenarnya bukan cuma dia yang saya temukan punya change of mind seperti itu di Labuan Bajo. Ada banyak, tapi karena keterbatasan saya maka saya tidak tahu mereka.

*** sambil seruput KOPI CHANGE di Labuan Bajo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun