Miss Indonesia 2022 : akirnya Putri Bali menang, NTT kalah ! Mengapa putri Bali lolos dan putri NTT terjungkal? Atau putri-putri daerah lainnya? Yah, mungkin argumentasi saya salah menurut anda, maafkan saya untuk itu.
Mengapa putri NTT kita gagal dan terjungkal? Apakah karena pengaruh reaksi keluarga dari kampung se-Propinsi? Reaksi kontra alasan budaya. Tapi saya pikir bukan itu.
Bukan RHS umum lagi, bahwa tiap ajang nasional seperti ini, entah event glamour apa saja, tidak terlepas dari unsur lain-lain, antara lain kekuatan untuk membiayai, uang ! (baca: sponsor).
Akirnya Putri Bali menang Miss Indonesia 2022. Kenapa? Untuk Bali sesungguhnya bukan hal baru dalam ajang lomba Putri ini. Putri Bali, putri dewi dari Paradise Land sudah terkenal sejak lama. Budayanya amat populer. Unik dan mendunia. Bali hanya satu pulau ( plus Nusa Penida), satu Propinsi, pulau top pariwisata budaya. Mereka sudah makmur, kaya, sampai ke pelosok desa. Villa-nya hingga desa. Income PAD besar. Hampir semua rumah di kampung ada parkiran mobil.
Lalu kita dari NTT? Propinsi tergolong tertinggal, miskin, hanya kaya alam dan budaya. Syukur ada peserta Miss Indonesia itu tahun ini. Bagi kita, saya org NTT khususnya, bangga ada putriku, putri kita, ikut ajang itu. Yah, soal kecil kalau karena masalah kontra tampilan budayanya. Saya pastikan ia tidak lolos itu bukan karena ada kontra itu dari sebagian sesama kampung NTT. Sebagian kita yang kontra itu tidak salah. Itu benar. Hanya, maaf, kita rupanya tidak melihat unsur lain yang lebih besar pengaruhnya dari sekedar budaya. Kita belum legowo sepenuhnya, karena mungkin belum bisa melihat faktor lain.
Kita tau diri, bahwa bukan hanya soal budaya untuk bisa lolos dalam ajang glamour itu pada masa krisis pandemik, tapi juga ada hal lain, antara lain uang atau sponsor. Ini besar pengaruhnya. Belum lagi ada unsur politiknya.
Yah, kita  sportif mengakui bahwa kita kaya budaya, tapi masih miskin. Omong kita benar, tapi duit kita kurangnya jauh daripada yang lain. Ini membuat kita tidak bisa bersaing. Sportiflah.
Tapi percayalah, we would be, even more than the others. Syaratnya kita harus bersatu, buang jauh ego masing-masing diri, dan mampu bersaing bahkan mampu berinvestasi.
*** Ngobrol sambil seruput KOPI OMONG BANYAK TAPI MISKIN di NTT, khususnya di Manggarai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H