Mohon tunggu...
Joni Satriawan
Joni Satriawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ramadhan Pasca Pemilu, Momentum Taqwiat Al'ukhua

8 Mei 2019   18:56 Diperbarui: 8 Mei 2019   19:18 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: Joni Satriawan

(Bidang Politik dan Kebijakan Publik PB PMII)


Mengawali tulisan singkat ini, terlebih dulu saya ingin menyampaikan Marhaban Ya Ramadhan, selamat menjalankan ibadah puasa 1440 Hijriah bagi seluruh umat muslim di tanah air. Semoga bulan ramadhan tahun ini membawa keberkahan bagi kita semua.

Seperti yang diketahui, bulan ramadhan memiliki keutamaan tersendiri dari bulan-bulan lainnya. Pedoman hidup manusia, yakni kitab suci Al qur'an diturunkan di bulan ramadhan. Orang yang melaksanakan ibadah puasa  diminta ampunkan oleh malaikat. Terdapat malam lailatul qadar yakni malam lebih baik dari seribu malam, dan masih banyak keutamaan-keutamaan lainnya.

Dalam sejarah peradaban Indonesia sendiri, telah terjadi momentum yang sangat sakral pada bulan ramadhan. Bukan hanya bagi umat muslim, namun juga bagi non muslim. Iya, bagi kita semua bangsa Indonesia. Pada bulan ramadhanlah Indonesia diproklamirkan sebagai negara merdeka oleh founding father, Soekarno. Tepatnya Agustus 1945 atau 1364 Hijriah. Sejak itu, Indonesia menjadi bangsa yang bebas, memiliki sistem pemeritahannya sendiri, serta mendapat legitimasi dari negera-negara lain. Betapa berarti dan bernilainya bulan ramadhan bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Saat ini, kita telah masuk pada bulan yang sangat dinanti ini. Secara kebetulan, bulan ramadhan tahun ini jaraknya tak jauh dari pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) serentak yang telah digelar pada 17 April lalu. Namun hingga saat ini tahapannya masih terus berjalan. 22 Mei mendatang Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan mengetuk palu untuk menetapkan hasil pemilu serentak, kemudian secara resmi mengumumkan pemenangnya.

Dalam penyelenggaraan pesta demokrasi kali ini, terjadi berbagai peristiwa baru yang tidak pernah terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Banyak penyelenggara pemilu, dalam hal ini petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang harus kehilangan nyawa karena kelelahan menjalankan tugas mulia negara. Karena itu, bukanlah hal yang lebay jika kita menyebut mereka sebagai syuhada demokrasi. 

Pemerintah juga harus memberikan reward bagi keluarga mereka sebagai tanda terima kasih negara atas pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk kemajuan demokrasi.

Selain itu, peristiwa yang sangat disayangkan dalam proses pemilu serentak ini adalah banyaknya issu dan narasi yang berpotensi memecahbelah persatuan. Disadari atau tidak, sejak pra hingga paska pencoblosan diberbagai tempat telah terjadi perdebatan yang tidak konstruktif. Bahkan sumpah serapah dan cacian menjamur hingga ke pelosok negeri. Terlebih di media sosial, kalimat-kalimat yang tidak seharusnya terlontarkan justru mewarnai berbagai kolom komentar.

Berbeda pilihan dalam pemilu serentak ini membuat rakyat melontarkan kalimat-kalimat yang tidak mencerminkan karakter sebagai bangsa Indonesia. Bagsa yang seharusnya menjunjung tinggi nilai persatuan, dan menghargai perbedaan. Ingatlah, berbeda itu merupakan takdir menjadi orang Indonesia. Berebeda tidak hanya soal selera atau kesukaan, melainkan pilihan politik juga menjadi bagian dari perbedaan yang harus dihargai oleh siapapun.

Karenanya, sudah cukup bagi kita semua untuk saling menyalahkan, apalagi sampai saling menyumpahi dan mencaci maki. Sudahlah, kita harus berhenti bersikap demikian karena sama sekali tidak memberikan keuntungan apapun terhadap bangsa ini.

Kita semua sebagai rakyat Indonesia sudah menggunakan kekuatan kita (people power) pada 17 April lalu melalui bilik suara. Sekarang kita menunggu saja pengumuman resmi dari KPU sambil fokus menjalankan ibadah puasa bagi yang muslim. Siapapun pasangan calon (paslon) yang akan ditetapkan oleh KPU, percayalah bahwa mereka adalah endorsement rakyat atas visi misi yang mereka tawarkan.

Mari jadikan bulan ramadhan ini sebagai momentum bagi kita untuk taqwiat al'ukhua (mempererat tali persaudaraan). Persatuan adalah modal besar kita bangsa Indonesia.

Pemilu serentak telah berlalu, sebagai bangsa yang memiliki cita-cita besar, kita harus bergegas dalam menyongsong peradaban dunia. Kita telah memasuki babak baru revolusi industri 4.0. Kita harus mampu berselancar di atasnya atau tidak kita akan tergulung dan tenggelam. Demikian pula dengan bonus demografi yang merupakan peluang bagi kita. Mari kita menyiapkan diri menghadapi peluang tersebut agar bisa membawa manfaat bagi kemajuan bumi pertiwi.

Spirit ramadhan adalah spirit persatuan, sejarah telah membuktikannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun