"Ancaman terbesar dari keamanan nasional kita bukan serangan dari luar, tapi disintegrasi bangsa"
Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan keunggulan dan kekuatan dari negara kami, tetapi hal itu juga dapat menjadi batu sandungan bagi kami. Dengan banyaknya perbedaan, semakin banyak juga potensi terjadinya konflik, bahkan hingga gerakan separatis. Maka dari itu, pemahaman mengenai konsep integrasi itu harus dipahami karena integrasi memainkan peran penting dalam memastikan bahwa perbedaan-perbedaan ini tidak menjadi penghalang, tetapi justru memperkaya kehidupan bersama.Â
Jadi, apa itu integrasi? Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi merupakan suatu bentuk pembauran yang menciptakan kondisi utuh dan bulat. Hakikat integrasi adalah membentuk sebuah kesatuan dari keberagaman, tetapi tidak menghilangkan ciri khas masing-masing keberagaman tersebut. Meskipun Indonesia kaya akan keberagaman, integrasi bertujuan untuk menyatukan setiap elemen-elemen tersebut dalam harmoni, tanpa menghapus identitas dari setiap kelompok.
Seperti semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika, yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Seperti sila ketiga dari Pancasila, yang berbunyi "Persatuan Indonesia." Sebenarnya, mudah untuk menerapkan integrasi. Contohnya adalah kegiatan gotong royong, atau kegiatan multikultural seperti kegiatan "ASEAN" yang dilakukan siswa Sekolah Dian Harapan Lippo Cikarang saat Sekolah Dasar.Â
Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal berkaitan dengan usaha untuk menyatukan persepsi, keinginan, dan harapan antara pemerintah dan rakyat. Sedangkan dimensi horizontal berhubungan dengan upaya membangun persatuan di tengah perbedaan yang ada dalam masyarakat, termasuk perbedaan wilayah, suku, agama, budaya, dan lainnya.
Disintegrasi merupakan kebalikan dari integrasi. Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menyebabkan hilangnya keutuhan atau persatuan dan dapat menyebabkan perpecahan. Penyebab disintegrasi adalah kurangnya toleransi, kurangnya pemahaman tentang keberagaman, kurangnya pemahaman tentang integrasi, dan adanya ketimpangan sosial atau ekonomi.Â
Semua faktor-faktor tersebut telah mengakibatkan ketidakpuasan di kalangan beberapa kelompok, yang sering kali diekspresikan melalui berbagai bentuk pemberontakan. Pemberontakan sudah berlangsung sejak awal kemerdekaan, dengan contoh-contoh terkenal seperti pemberontakan DI/TII, PKI Madiun tahun 1948, APRA, RMS, dan lainnya. Salah satunya adalah Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia atau dikenal sebagai DI/TII. DI/TII berlangsung di beberapa wilayah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Aceh.
 Pemberontakan ini didorong oleh ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan serta harapan daerah. Konflik ini mencerminkan ketidakstabilan yang lebih luas dalam periode awal kemerdekaan Indonesia, menunjukkan tantangan besar dalam menyatukan bangsa yang beragam dan membangun konsensus nasional di tengah perbedaan yang mendalam.
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) memiliki tujuan utama untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII), yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam UUD 1945 dan Pancasila. Khususnya, tujuan tersebut bertentangan dengan sila pertama Pancasila, yakni "Ketuhanan yang Maha Esa," yang menegaskan keberagaman keyakinan dan menghargai semua agama di Indonesia. Dapat dibilang, pemberontakan ini disebabkan oleh kurangnya toleransi antar agama.Â
Pemberontakan di Indonesia bukanlah fenomena yang hanya terjadi di masa lalu, tetapi tantangan disintegrasi masih berlanjut hingga saat ini, seperti yang terlihat dalam konflik yang sedang berlangsung di Papua. Situasi di Papua merupakan salah satu contoh nyata dari ketidakpuasan yang mendalam terhadap pemerintahan pusat, yang menyebabkan munculnya ketegangan dan pemberontakan yang terus berlanjut.
Untuk menghadapi disintegrasi, kita harus mengambil langkah-langkah yang tepat. Pemerintah harus melawan segala bentuk separatis di Indonesia dan mendapatkan kepercayaan rakyat karena banyak gerakan separatis yang muncul akibat ketidakpercayaan terhadap pemerintah.Â
Sebagai masyarakat, penting untuk memahami dan menerapkan konsep integrasi, serta mengembangkan rasa nasionalisme dan patriotisme untuk memperkuat persatuan.
 Lalu, sebagai seorang pelajar yakni masa depan Indonesia, melalui pelajaran sejarah, kita dapat mempelajari berbagai bentuk disintegrasi yang pernah terjadi, seperti pemberontakan di masa lalu. Mengetahui dan memahami kesalahan-kesalahan yang telah terjadi sebelumnya akan memberikan pelajaran bagi kita. Dengan belajar dari pengalaman sejarah, kita dapat menghindari kesalahan yang sama di masa depan dan bekerja menuju masyarakat yang lebih harmonis dan bersatu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Indonesia, dengan keberagaman yang luas, harus memahami dan menerapkan konsep integrasi untuk memperkuat persatuan dan mengatasi potensi disintegrasi, sambil terus belajar dari sejarah untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis dan bersatu.
Sumber
Gramedia
Kumparan
UMSU
Detik
Bobo.ID
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI