"Kita jangan mewarisi abunya Sumpah Pemuda, tapi kita harus mewarisi apinya Sumpah Pemuda."
Lahirnya nasionalisme pada masa pergerakan nasional pada abad ke-20 mencerminkan tanggapan masyarakat terhadap penjajahan dan impian kemerdekaan. Kesadaran identitas bangsa menjadi pemicu utama, dengan tokoh-tokoh seperti Sukarno dan Hatta yang memainkan peran sentral dalam menggerakkan semangat perlawanan. Kesadaran akan keberagaman etnis dan budaya di Indonesia menjadi titik tolak, sementara kesenjangan sosial menguatkan tekad untuk membangun persatuan. Dinamika politik global pasca-Perang Dunia I dan II turut membentuk semangat nasionalisme, menciptakan landasan bagi pembentukan identitas bangsa yang merdeka. Â
Hakikat nasionalisme mencakup kecintaan dan kesetiaan terhadap bangsa serta identitasnya. Ini melibatkan pemahaman akan sejarah, budaya, dan nilai-nilai bersama yang mengikat suatu komunitas. Nasionalisme mendorong persatuan di tengah keberagaman, membangun semangat kolektif untuk meraih tujuan bersama, terutama dalam konteks perjuangan kemerdekaan. Sementara itu, hakikat nasionalisme juga menuntut tanggung jawab terhadap pembangunan dan pemeliharaan negara, kesadaran akan hakikat nasionalisme menjadi perekat kuat dalam membangun persatuan dan mengatasi tantangan bersama. Â
Nasionalisme menjadi kekuatan penggerak yang mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan pemuda. Semangat cinta tanah air dan kesadaran akan identitas bersama memotivasi generasi muda untuk bersatu demi cita-cita kemerdekaan. Pemuda, sebagai tulang punggung masa depan, diilhami oleh nilai-nilai nasionalisme dalam membangun solidaritas dan mengatasi perbedaan. Bersama-sama, mereka menjadi kekuatan dinamis yang berkontribusi pada perjuangan nasional, menciptakan fondasi kokoh bagi pembentukan bangsa yang kuat dan merdeka. Nasionalisme tidak hanya menjadi semangat, tetapi juga perekat yang menyatukan pemuda sebagai agen perubahan untuk masa depan yang lebih baik.Â
Pelajar dihadapkan pada berbagai tantangan dalam menghargai nilai-nilai nasionalisme dan rasa persatuan. Globalisasi dan arus informasi yang cepat dapat mempengaruhi identitas lokal. Kurangnya pemahaman sejarah bangsa dan ketidakpedulian terhadap keberagaman budaya dapat menghambat pengembangan rasa persatuan. Selain itu, ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan dapat merusak semangat kesatuan. Penggunaan teknologi yang tidak bijak juga dapat memicu polarisasi. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan untuk memainkan peran dalam memberdayakan pelajar, membentuk pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai nasionalisme, dan mengembangkan sikap inklusif untuk menciptakan masyarakat yang bersatu.Â
Pernyataan "Sejarah tidak usah di ungkit-ungkit lagi" sering dilontarkan oleh beberapa pelajar yang mungkin merasa jenuh atau meragukan relevansi pelajaran sejarah. Namun, sebenarnya, memahami sejarah dan nilai nasionalisme bukan hanya tentang mengingat masa lalu. Lebih dari itu, ini mengajak kita merayakan keberagaman dan kekayaan budaya sebagai identitas bersama. Dalam persatuan, terkandung kekuatan besar untuk mengatasi tantangan zaman. Ini bukan hanya simbolis, melainkan fondasi kerjasama dalam menghadapi perubahan global. Dengan menghargai nasionalisme, kita menghormati akar sejarah yang membentuk karakter, dan rasa persatuan menjadi jembatan menyatukan perbedaan, menciptakan masyarakat tangguh yang selalu siap bersama-sama mengukir masa depan.Â
Pelajar dapat menghargai Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda dengan mendalami sejarah melalui pendidikan aktif, berpartisipasi dalam kegiatan nasionalis, dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam tindakan sehari-hari. Mereka dapat memperluas pemahaman melalui teknologi, menjaga budaya lokal, bergabung dalam organisasi kepemudaan, serta mengadakan diskusi dan forum. Melalui langkah-langkah ini, pelajar tidak hanya menghargai sejarah kebangsaan, tetapi juga aktif berkontribusi dalam melestarikan dan memperkuat nilai-nilai kebangkitan nasional untuk menjaga identitas dan persatuan bangsa di Indonesia saat ini.
Pada abad ke-20, nasionalisme muncul di Indonesia sebagai respons terhadap penjajahan. Identitas bangsa, peran tokoh seperti Sukarno dan Hatta, serta kesadaran akan keberagaman budaya menjadi pemicu utama. Pelajar dihadapkan pada tantangan memahami dan menghargai nasionalisme, namun melalui pendidikan dan partisipasi aktif, mereka dapat menjadi agen perubahan untuk menjaga nilai-nilai kebangkitan nasional.Â
Kini saatnya kita bersatu dalam menghargai nilai-nilai nasionalisme dan memelihara rasa persatuan/kesatuan nasional. Mari kita bangun Indonesia yang lebih kuat, harmonis, dan bersatu dalam keberagaman. Setiap tindakan kecilmu dapat membentuk masa depan yang gemilang. Ayo jadikan nasionalisme sebagai perekat, dan persatuan sebagai kekuatan. Bersama, kita bisa menjaga keutuhan bangsa dan mewariskan warisan luhur kepada generasi mendatang. Â
Para pelajar, mari kita jadikan nilai-nilai nasionalisme dan persatuan sebagai kompas dalam perjalanan kita. Generasi kita, tanggung jawab kita!Â
Refleksi
1. https://sma13smg.sch.id/materi/faktor-pendorong-lahirnya-pergerakan-nasionalis-indonesia/Â
3. https://lamongankab.go.id/beranda/bakesbang/post/7073 Â
4. https://www.tokopedia.com/blog/quotes-sumpah-pemuda-edu/?utm_source=google&utm_medium=organic Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H